REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Toto Sugiarto, kehadiran cawapres perempuan memiliki sejumlah nilai tambah. Sebab, dengan sudut pandang berbeda, mereka mampu menjalankan peran yang tidak bisa dilakukan calon pemimpin laki-laki. Termasuk di antaranya menangani isu pengembangan sumber daya manusia.
Toto mengatakan, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perempuan akan lebih fokus dalam bidang pendidikan dan kesehatan. "Mereka akan menggunakan lebih banyak intuisi yang tidak bisa didapatkan dari laki-laki. Itulah kelebihan dan corak perempuan," ujarnya ketika dihubungi Republika, Rabu (21/3).
Secara alamiah, perempuan dan laki-laki memang memiliki sudut pandang berbeda, termasuk dalam membuat kebijakan. Khusus dalam pengelolaan sumber daya manusia, Toto optimistis, perempuan memiliki kemampuan yang lebih baik. Mereka juga lebih mendetail dalam mengelola negara, seperti yang kerap dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terlepas dari itu, Toto menjelaskan, cawapres perempuan tidak memiliki perbedaan siginifikan dari sisi kompetensi maupun kejujuran. Dua poin ini tergantung pada sifat masing-masing orang yang tidak dapat dibedakan secara jenis kelamin. "Itu kembali lagi ke moralitas dan kemampuan orang," tuturnya.
Pada Pilpres 2019, Toto melihat, kecil kemungkinan adanya sosok perempuan yang maju sebagai kontestan. Meski banyak tokoh ekonomi, politik dan sosial yang populer serta kerap disebut masuk bursa cawapres, mereka belum memiliki elektabilitas cukup. Ia memprediksi, skenario ini baru muncul pada Pilpres 2024.