REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran (Unpad) Teuku Rezasyah mengatakan, pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengenai Indonesia bubar pada 2030 merupakan sebuah kritik kepada pemerintah. Pidato itu, kata dia, merupakan sebuah peringatan kepada seluruh rakyat Indonesia.
"Kalau saya melihat dari kacamata teoritis, beliau (Prabowo) meminta kita untuk mewaspadai adanya potensi yang bisa meruntuhkan bangsa. Ini kan sebuah sumbangan bagi kedewasaan kita semua. Karena negara itu harus berfikir positif, jadi yang namanya kritik itu bisa diterima dari manapun," kata Reza kepada Republika.co.id, Sabtu (24/3).
Reza menyatakan, latar belakang Prabowo adalah seorang tentara, maka wajar bila Prabowo memiliki pemikiran yang kritis. "Tentu kita jangan berpikir, itu pasti jadi, enggak. Karena kalau kita berfikir secara teoritis, semua negara di dunia ini menghadapi masalah ketahanan nasional. Kalau negara tidak mampu menangani ketahanan nasional, maka negara tersebut ya berpotensi bubar," jelas dia.
Sehingga, Reza mengatakan, sebagai pemerintah dan warga Indonesia sebaiknya menerima hal itu sebagai kritikan. Selain itu, kritikan itu sebaiknya juga disikapi sebagai sebuah peringatan untuk mengelola negara lebih baik.
Reza juga mengimbau masyarakat untuk berterima kasih kepada Prabowo atas peringatan itu. "Yang artinya kita berterima kasih kita sudah disadarkan bahwa ada potensi membahayakan. Sekaranglah saatnya kita semuua mengedepankan ke-Indonesia-an kita dan berfikir perlunya ketahanan nasional, makanya sekarang tiba saatnya kita bersatu," jelasnya.
Sebelumnya, beredar video Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang viral di media sosial dalam sebuah forum yang dihadiri para kader Partai Gerindra. Dalam video tersebut Prabowo menyebut Indonesia diprediksi bisa bubar pada 2030 mendatang.