Selasa 27 Mar 2018 13:20 WIB

RI-Belgia Kerja Sama Pengolahan Sampah

Bank sampah merupakan salah satu penerapan circular economy di Indonesia.

Rep: EH Ismail/ Red: Hiru Muhammad
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, saat memenuhi undangan Menteri Energi, Lingkungan, dan Pembangunan Belgia, Marie Christine Marghem, Ahad (25/3) siang waktu setempat.
Foto: Humas KLHK.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, saat memenuhi undangan Menteri Energi, Lingkungan, dan Pembangunan Belgia, Marie Christine Marghem, Ahad (25/3) siang waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan menjalin kerja sama dengan Belgia dalam upaya mengubah sampah menjadi energi. Hal itu dikatakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, saat memenuhi undangan Menteri Energi, Lingkungan, dan Pembangunan Belgia, Marie Christine Marghem, Ahad (25/3) siang waktu setempat.

“Saya sudah membicarakan dengan Menteri Energi dan Lingkungan Belgia bahwa kita bisa melakukan kerja sama teknik dengan mengambil contoh kota Bogor, Makassar, dan Balikpapan. Akan dilihat kembali untuk kota yang lainnya,” kata Menteri Siti dalam rilis KLHK yang diterima Republika.co.id, Selasa (27/3).

Didampingi Menteri Marghem dan Dubes RI  Brussels, Yuri Thanrin, Menteri Siti Nurbaya sempat mengunjungi unit usaha pengolahan sampah Dufour di Tournai, yang terletak sekitar 63 kilometer dari Brussel. Selain itu, ia juga mengunjungi Domaine De Graux, sebuah farm house keluarga geberasi ke-3 seluas sekitar 120 hektare.  

Dufour merupakan perusahaan keluarga yang didirikan pada awal 1920-an dan pada 1998 mendirikan pusat daur ulang dengan menerapkan prinsip Circular Economy. Dengan karyawan sekitar 900 orang, per tahun pusat daur ulang ini mengolah sekitar 200 ribu ton sampah. Sekitar 92,5 persen sampah didaur ulang menjadi produk-produk daur ulang dan listrik. Sedangkan sisanya, 7,5 persen sampah, diolah dengan insinerator untuk menghasilkan panas.

Sampah yang dipilah terdiri dari metal, non-metal, kardus, kaca, plastik, elektronik sampah organik dan sampah untuk RDF. “Yang menarik dari hasil observasi ini adalah sistem pengumpulan sampah mulai dari rumah tangga sampai jadi energi. Energi yang dihasilkan rata-rata dipakai sendiri untuk kawasan industri, bukan untuk masuk kejaringan atau grid listrik umum,” ujar Menteri Siti.

Dunia usaha, kata Siti, akan lebih baik menggunakan energi yang dihasilkan sendiri. Hal lain yang dipelajari adalah pengalaman Dufour dalam hal sistem pengumpulan sampahnya. Di Indonesia, masih cukup rumit dengan menggunakan //tipping fee// yang untuk pemerintah daerah juga bukan hal mudah mengaturnya.

“Namun, di sisi lain ada yang bagus di Indonesia dan bisa lebih baik karena kita sudah punya sistem pengumpulan melalui Bank Sampah,” kata Menteri Siti. 

Belajar dari pengalaman Belgia, dia pun melihat ada peluang bagus untuk Bank Sampah dalam melakukan tindak lanjut setelah pengumpulan sampah dari rumah tangga. Saat ini, sudah ada kurang lebih 5.244 Bank Sampah di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota di Indonesia. Bank sampah tersebut memberikan kontribusi pengurangan sampah nasional sebesar 1,7 persen dari timbulan sampah nasional.

“Bank sampah ini merupakan salah satu penerapan circular economy di Indonesia,” kata Menteri Siti.

Selain mempelajari masalah pengolahan sampah menjadi energi, Menteri Siti juga mempelajari cara Dufour sebagai jasa logistik distribusi batu bara dengan sistem angkutan darat, kontainer  atau via sungai. Sekarang sudah ada usulan invenstasi jasa logistik angkutan batu bara. 

“Saya kira ini juga merupakan investasi yang menjanjikan. Saya akan dorong dan cek lagi di mana saja kompleks industri batu bara yang ada, terutama yang memiliki izin-izin dari KLHK. Semoga akan menjadi lebih baik untuk Indonesia,” kata Menteri Siti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement