REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia menjadi negara terbaru untuk mengumumkan bahwa mereka mengusir diplomat Rusia. Ini sebagai tanggapan atas serangan agen saraf baru-baru ini terhadap mantan intelijen ganda Rusia dan putrinya di Inggris.
Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengecam tindakan yang dia anggap sembrono dan disengaja oleh Rusia. Menurut dia tindakan tersebut membahayakan keamanan global dan melanggar aturan terhadap penggunaan senjata kimia.
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (27/3) bahwa dua diplomat yang ditargetkan adalah perwira intelijen. Mereka diberi waktu tujuh hari untuk meninggalkan Australia.
Kedutaan Rusia di Canberra mengatakan keputusan itu disesalkan dan membahayakan hubungan bilateral. "Mengherankan betapa mudahnya sekutu Inggris mengikutinya secara membabi buta. Ini bertentangan dengan norma dialog bilateral yang beradab dan hubungan internasional, dan melawan akal sehat," menurut pernyataan kedutaan Rusia.
Mantan intelijen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yuliana ditemukan keracunan di bangku taman di Salisbury, Inggris. Inggris menuduh itu adalah ulah Rusia, mengingat pada sampel zat ditemukan unsur dari agen saraf kelas militer di era Soviet, Novichok.
Hubungan kedua negara menegang, dengan Rusia membantah tuduhan tersebut. Negara-negara Barat telah mengusir lebih dari 130 diplomat dalam beberapa hari terakhir.