Ahad 01 Apr 2018 11:44 WIB

Sleman Bangun Tempat Pengelolaan Sampah Akhir

TPA di Prambanan ini untuk memproses sampah residu atau tak dapat dimanfaatkan lagi.

Pengelolaan sampah/ilustrasi
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pengelolaan sampah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta membangun tempat pengolahan sampah akhir di Dusun Sembir, Desa Madurejo, Prambanan. Ini untuk memproses sampah residu.

"Tempat pengolahan sampah akhir (TPA) di Prambanan ini untuk memproses sampah-sampah residu atau sampah yang sudah benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sleman, Kunto Riyadi, di Sleman, Ahad (1/4).

Menurut dia, lokasi TPA di Dusun Sembir, Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan tersebut sudah final dan segera direalisasikan. "TPA di Prambanan tersebut nantinya dijamin jauh lebih bersih dibanding dengan TPA Terpadu 'Kartamantul' (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) yang ada di Piyungan, Bantul karena hanya residu-residu yang tidak bisa diolah masyarakat yang dibuang ke TPA tersebut," katanya.

Ia mengatakan TPA di Prambanan tersebut juga dikonsep sebagai wahana edukasi pengolahan dan pemanfaatan sampah. "TPA Prambanan dikonsep sebagai tempat wisata edukasi pengolahan sampah. TPA bukan kumuh-kumuh lagi sekarang singkatannya sudah beda Tempat Pemrosesan Akhir," katanya.

Kunto mengatakan di Kabupaten Sleman telah terdapat sejumlah kelompok usaha pengolahan sampah mandiri. "Sehingga nantinya yang dibuang di TPA Prambanan benar-benar residu yang tidak bisa dikelola masyarakat dan tidak memiliki nilai ekonomi lagi," katanya.

Ia mengatakan pada 2018 telah memasuki tahap pengadaan tanah dan perencanaan, selanjutnya pada 2019 diharapkan sudah bisa dibangun, dan pada 2020 bisa digunakan. "Kami memang harus menyediakan fasilitas ini, kerena TPA Piyungan sudah semakin penuh. Salah satu syarat dapat Adipura dan kebersihan lingkungan pemda harus punya TPA," katanya.

Terkait dengan penolakan sebagian warga setempat dengan adanya pembangunan TPA, Kunto menilai hal tersebut lumrah terjadi dan merupakan bagian dari sosialisasi. "Memang ada sebagian yang menolak, ini karena mereka belum mengerti saja. Ini proses sosialisasi. Kami jamin nantinya TPA lebih bersih dan tidak seperti yang mereka khawatirkan," katanya. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement