REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB mengatakan 130 ribu orang telah dievakuasi dari Ghouta Timur, Suriah. Daerah yang terletak di dekat Damaskus tersebut telah menjadi target serangan pasukan Suriah dan Rusia selama berpekan-pekan.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengungkapkan PBB dan mitra-mitranya masih terus bekerja untuk meringankan krisis kemanusiaan akibat rentetan serangan ke Ghouta Timur. Kebutuhan terhadap bantuan kemanusiaan masih cukup besar.
PBB juga berupaya membantu warga Ghouta Timur yang telah bersedia dievakuasi. "PBB terus menyerukan akses yang aman, tanpa gangguan, dan berkelanjutan untuk semua yang membutuhkan, dan setiap evakuasi warga sipil harus aman, sukarela, dan ke tempat yang mereka pilih," ujar Dujarric pada Senin (2/4), dikutip laman Anadolu.
Kendati demikian, bila situasi di Ghouta Timur telah mereda, Dujarric berharap warga sipil yang ingin kembali ke sana tetap diperkenankan. "Sangat penting bahwa warga sipil memiliki hak untuk kembali segera setelah situasi memungkinkan," ucapnya.
Serangan ke Ghouta Timur mulai dilancarkan pasukan Suriah dan Rusia pada 19 Februari. Daerah itu dibombardir habis-habisan karena dianggap menjadi sarang kelompok pemberontak. Menurut sumber-sumber pertahanan sipil setempat, serangkaian serangan ke Ghouta Timur telah menyebabkan 1.400 orang tewas.
Pada 24 Februari, Dewan Keamanan PBB, dengan suara bulat mengadopsi Resolusi 2401 yang menyerukan gencatan senjata di Suriah, terutama di Ghouta Timur. Resolusi ini dimaksudkan untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan serta mengevakuasi warga dari daerah tersebut.