Jumat 06 Apr 2018 10:39 WIB

Kim Jong-un Ingin Lanjutkan Perundingan Pelucutan Senjata

Keinginan tersebut disampaikan Pemimpin Korut ini saat bertemu Presiden Xi Jinping

Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan kepada Presiden Cina Xi Jinping bahwa ia setuju untuk kembali ke meja perundingan enam-pihak menyangkut program nuklir dan pengujian rudal negaranya. Surat kabar Nikkei memberitakan pada Kamis (5/4), keinginan itu disampaikan Kim saat ia melakukan pembicaraan dengan Xi di Beijing pekan lalu.

Kekakuan berbulan-bulan antara Beijing dan Pyongyang tampak tiba-tiba hilang saat Kim melakukan kunjungan rahasia ke Beijing. Cina mengatakan bahwa Kim telah menyatakan komitmen untuk melucuti senjata nuklir negaranya.

Nikkei, yang mengutip berbagai sumber terkait Cina dan Korea Utara, mengatakan bahwa, berdasarkan dokumen-dokumen yang dikeluarkan setelah pertemuan Kim dan Xi, Kim mengatakan kepada Xi bahwa ia setuju untuk melanjutkan perundingan enam-pihak. Perundingan yang melibatkan Korea Utara, Korea Selatan, Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan Cina itu terakhir kali berlangsung pada 2009.

Sumber-sumber itu mengatakan ada kemungkinan bahwa Kim juga akan menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan perundingan kepada Presiden AS Donald Trump saat keduanya bertemu pada Mei. Namun, mereka mengatakan sama sekali belum ada kejelasan soal apakah pembicaraan enam-pihak itu akan benar-benar berlanjut.

Cina selama ini merupakan sekutu terdekat rahasia Korea Utara kendati hubungan kedua negara menjadi keruh karena ambisi Kim untuk mengembangkan senjata nuklir dan peluru kendali serta karena Cina mendukung sanksi-sanksi PBB sebagai tindakan atas ambisi Korut tersebut.

Korea Utara mengatakan dalam pembicaraan-pembicaraan sebelumnya bahwa negara itu kemungkinan akan menghentikan program senjata nuklirnya jika Amerika Serikat menarik pasukannya dari Korea Selatan serta menarik apa yang disebutnya sebagai payung nuklir untuk pencegahan dari Korea Selatan dan Jepang.

Sejumlah pengulas melihat kesediaan Donald Trump untuk bertemu dengan Kim sebagai kemenangan diplomatik bagi Korea Utara sementara Amerika Serikat selama bertahun-tahun bersikeras bahwa Korea Utara harus terlebih dahulu melakukan denuklirisasi sebelum pertemuan puncak AS-Korut dapat berlangsung.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement