Ahad 08 Apr 2018 16:24 WIB

Pemerintah Rusia Harapkan Pertemuan dengan Menlu Inggris

Kemenlu Inggris menilai permintaan pertemuan merupakan taktik pengalihan Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Citra Listya Rini
Memanasnya hubungan Inggris dengan Rusia.
Foto: republika
Memanasnya hubungan Inggris dengan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  --  Kedutaan Besar Rusia di London, Inggris telah mengirim surat permintaan pertemuan kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Boris Johnson. Pertemuan ini dimaksudkan untuk membahas kasus penyerangan Sergei Skripal yang telah memicu krisis diplomatik antarkedua negara.

"Kami mengharapkan tanggapan konstruktif dari pihak Inggris dan mengharapkan pertemuan semacam itu dalam waktu dekat," kata seorang juru bicara Kedutaan Besar Rusia di London, Sabtu (7/4) waktu setempat.

Kementerian Luar Negeri Inggris telah mengonfirmasi tentang pengiriman surat permintaan pertemuan dengan Boris Johnson dari Kedutaan Besar Rusia tersebut. "Kami akan merespons pada waktunya," begitu pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Inggris menanggapi surat permintaan pertemuan dari Rusia.

Menurut Kementerian Luar Negeri Inggris, surat permintaan pertemuan ini merupakan taktik pengalihan Rusia setelah upayanya yang gagal di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Organisasi LaranganSenjata Kimia (OPCW).

"Sudah lebih dari tiga pekan sejak kami meminta Rusia untuk terlibat secara konstruktif dan menjawab sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan percobaan pembunuhan Skripal dan putrinya. Sekarang, setelah gagal dalam upaya mereka di PBB dan organisasi pengawas senjata kimia internasional pekan ini dan dengan kondisi para korban membaik, mereka tampaknya mengejar taktik pengalihan yang berbeda," bunyi pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Inggris.

Kasus penyerangan Skripal (66 tahun) dan putrinya Yulia (33) telah memicu krisis diplomatik Inggris dengan Rusia. Skripal merupakan warga Inggris yang pernah menjadi agen intelijen militer Rusia. Ia dan putrinya diserang menggunakan agen saraf kelas militer bernama Novichok pada 4 Maret lalu. Informasi terakhir, Skripal dan putrinya masih dalam keadaan kritis.

Inggris menuding Rusia menjadi dalang aksi penyerangan Skripal. Tuduhan ini didasarkan fakta bahwa agen saraf novichok pernah dikembangkan pada era Uni Soviet pada tahun 1970-an. Namun, Rusia membantah tegas tudingan tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, negaranya tidak lagi memiliki senjata kimia. Semua senjata kimia milik Rusia, kata Putin, telah dihancurkan di bawahpengawasan organisasi internasional.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement