REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perjalanannya, ia pernah singah pula di tanah-tanah Muslim yang dikuasai tentara Salib. Dalam bukunya, Jubair menuturkan tentang apa yang dilakukan oleh tentara Salib yang dipimpin Raja Baldwin IV. Pemimpin itu melakukan pungutan yang begitu mencekik umat Muslim.
Menurut Jubair, saat penguasa kafir biasanya memungut satu dinar dari Muslim, Baldwin memungut sebesar empat dinar. Lalu, ia memotong kaki mereka.
Menurut Jubair, tak ada sosok dari kaum Frank yang lebih arogan dibandingkan Baldwin. Berdasarkan perjalanannya melalui Tanah Suci, ia mengungkapkan bahwa kaum Frank sangat kotor. Mereka bau dan jorok. Di sekitar tempat mereka tinggal, penuh dengan sampah dan kotoran. Saat akan pulang dari Timur, ia melalui Sisilia. Ini terjadi pada 1185.
Kunjungan Jubair di Sisilia berakhir kurang dari empat bulan. Ia menyambangi komunitas Muslim yang berada di sepanjang pantai utara antara Messina dan Trapani. Ia juga menceritakan kondisi yang dihadapi oleh umat Islam di sana. Ia melihat bagaimana umat Islam dipaksa untuk berpindah keyakinan.
Di Messina, Jubair bertemu dengan seorang pejabat tinggi kerajaan yang memilih untuk melindungi dirinya, dengan menyembunyikan keimanannya sebagai seorang Muslim. Sedangkan di Palermo, ia bertemu Qaid Abu Kassim ibn Hammud yang juga dikenal dengan nama Ibn al-Hagar. Hagar merupakan orang terhormat dan memiliki kedudukan sosial yang tinggi.
Namun, ungkap Jubair, Hagar menyesali kondisinya sendiri yang tak mampu berbuat banyak untuk Islam. Bahkan, Hagar menyatakan, mengapa dirinya tak pernah menjadi budak yang dijual ke negara-negara Muslim. Menurut Jubair, ini menandakan sangat buruknya kondisi komunitas Muslim saat itu.
Ibn al-Hagar bercerita kepada Jubair bahwa ia adalah salah satu bangsawan, yang telah mewarisi kekayaan dari ayahnya yang juga bangsawan. Ia merupakan seorang Muslim yang baik. Ia menebus tawanan dan memberikan sumbangan kepada orang-orang miskin dan peziarah sehingga seluruh kota bergembira atas kehadirannya.
Namun, al-Hagar telah kehilangan segalanya, semua orang berpihak pada tiran melalui intrik. Dia dipenjarakan di rumahnya, semua istana miliknya disita, juga harta benda warisan dari nenek moyangnya. Ia bercerita kepada Jubair bahwa ia hanya ingin menjual apa yang tersisa, kemudian pergi ke wilayah yang dikuasai Muslim.
Ibn Jubair menggambarkan suasana duka saat para peziarah berpisah dengan Ibn al-Hagar. Pada saat itu, terlihat Ibn al-Hagar menangis sedih dan membuat para peziarah ikut menangis. Dia juga menggambarkan karakter Ibn al-Hagar yang baik, amal salehnya kepada sesama manusia, serta keindahan pribadi dan jiwanya.