REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta rekayasa lalu lintas di lintas bawah atau underpass Matraman dievaluasi. Sandiaga memerintahkan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI lebih masif dalam menyosialisasikan rekayasa lalu lintas ke masyarakat serta mengevaluasinya.
"Saya instruksikan juga ditambah petugasnya di sini. Kami ingin masyarakat tidak bingung dan bisa melalui, khususnya dari timur ke barat ini diperlancar," kata dia di Jakarta, Rabu (11/4).
Sandi mengatakan, kemacetan paling parah terjadi dari arah Pramuka menuju Proklamasi. Sementara dari arah sebaliknya atau dari barat ke timur relatif lebih lancar. Penempatan petugas di lokasi diyakini bisa menghindari penumpukan kendaraan dan kebingungan pengguna jalan.
Sandi mengatakan, penambahan badan jalan seharusnya berdampak pada percepatan arus lalu lintas dengan volume kendaraannya sama. Jika pengaturan dan petugasnya sudah bisa mengarahkan dengan baik, menurutnya, maka perceparan lalu lintas akan optimal.
Politikus Partai Gerindra ini turut mengimbau masyarakat untuk mencermati arahan lalu lintas dari petugas yang siaga di titik lokasi. Masyarakat juga diminta menyesuaikan pengaturan lalu lintas yang baru tersebut agar jalur lintas bawah ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Simpang Matraman, Jakarta, Selasa (10/4). Kemacetan tersebut terjadi setelah diberlakukan uji coba open traffic pada jalur lintas bawah atau underpass Matraman. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Ia juga berharap masyarakat patuh terhadap arahan petugas. "Masyarakat dimohon cermat. Ini pengaturan yang baru dan harus dipatuhi. Jangan panik dan putar balik, kalau putar balik itu malah menambah permasalahan (kemacetan)," ujar Sandi.
Selama uji coba berlangsung, Dishub DKI bersama kepolisian menyiapkan rekayasa lalu lintas di Simpang Matraman, Jakarta Timur, dan Simpang Megaria, Jakarta Pusat. Jalur lintas bawah ini dibuat untuk mengakomodasi arus lalu lintas dari arah Jalan Matraman Dalam atau Jalan Tambak ke arah Jalan Pramuka dan Jatinegara, Jakarta Timur.
Jalur lintas bawah Matraman mulai dibangun pada awal 2017 dengan panjang 700 meter dan lebar 7 meter. Kendaraan yang dapat melintas jalur ini memiliki ketinggian maksimal 4,2 meter.
Melalui jalur yang bercabang dua ini, pengguna jalan dari arah Proklamasi dapat menuju arah Pramuka, juga Kampung Melayu dan Jatinegara. Karena itu, lintas bawah Matraman diperkirakan mengurangi angka kemacetan hingga 30 persen di wilayah tersebut.
Sejumlah kendaraan melintas di Underpass Matraman Salemba, Jakarta, Selasa (10/4). (Republika/Mahmud Muhyidin)
Sementara itu, Kepala Dishub DKI Andri Yansyah mengakui ujicoba underpass Matraman masih ada kekurangan. Hal tersebut berimbas terhadap kemacetan di sekitar kawasan tersebut. Ia mengatakan, dinasnya akan terus mengkaji rekayasa lalu lintas untuk bisa mengurai kemacetan.
Andri mengatakan, memang ada kemacetan dari arah timur ke barat dan dari arah selatan ke barat. Hal tersebut disebabkan lantaran adanya pengecilan jalan di area tersebut.
Salah satu rencana evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan melebarkan jalan dengan mengambil sisi utara di Jalan Salemba. Sementara dari arah Jalan Tambak dan Manggarai menuju ke Pramuka rencananya akan dialihkan memutar ke arah Proklamasi.
Dari arah timur ke barat atau dari Pramuka menuju Proklamasi akan dibuka menjadi tiga ruas jalan. Untuk arah sebaliknya akan ada dua ruas jalan.
Sejumlah kendaraan melintas di Underpass Matraman Salemba, Jakarta, Selasa (10/4). (Republika/Mahmud Mahyudin)
Dia menambahkan, rekayasa lalu lintas ini bukanlah rekayasa permanen. Evaluasi akan terus dilakukan untuk mencari rekayasa terbaik selama uji coba dilakukan. Andri juga menyatakan akan menyiagakan petugasnya untuk berjaga lebih pagi di tempat tersebut.
"Kami akan terus membuat rekayasa-rekayasa (lalin) sampai mendapatkan formulasi yang efektif, baik itu untuk kendaraan pribadi, terlebih lagi untuk angkutan umum dan busway," katanya.