REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ide, cita-cita dan gagasan Kartini tentang emansipasi perempuan yang disuarakan dalam keseluruhan alam pikir untuk kemerdekaan kaum perempuan Indonesia, meski disuarakan pada akhir abad 19, selalu relevan hingga sekarang.
“Pemikiran Kartini sebagai awal gerakan emansipasi perempuan Indonesia, telah mendobrak alam pikir feodal, dan merubah pandangan masyarakat Belanda terhadap wanita Pribumi, berkat kumpulan surat menyurat Kartini yang dikumpulkan oleh Menteri Kebudayaan Belanda, J. H. Abdendanon,” tutur Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Sabtu (21/4).
”Pemikiran Kartini meski bersifat progresif, namun disampaikan dalam tata cara yang berkebudayaan, karena itulah gagasannya tentang emansipasi perempuan, dan mimpi Kartini agar perempuan berdaulat di dalam menentukan arah dan perjalanan hidupnya justru dapat ditangkap dengan baik, karena tutur katanya yang berbudi pekerti,” kata dia.
Apa yang disampaikan Kartini tentang mimpi besar terhadap kaum perempuannya, tentang kebudayaan nusantara, tentang kesetaraan warga negara, seharusnya mengilhami para elit bangsa, untuk belajar tentang kearifan sikap, tutur kata yang halus, dan sikap yang memberi keteladanan.
“Saat ini begitu mudah orang mencela pemimpinnya, padahal dirinya sendiri miskin berprestasi. Kecenderungan obral kata yang memecah belah, kasar, menghakimi pihak lain, dan menganggap dirinya paling benar, adalah gambaran keprihatinan melunturnya budi pekerti. Kartini pasti menangis melihat perilaku elit yang nihil keteladanan seperti itu,” kata dia.
Kita peringati Hari Kartini dalam kepeloporan Kartini yang mampu membangun harapan perjuangan emansipasi perempuan, dengan gerak kebudayaanya agar bangsanya hadir sebagai bangsa merdeka yang berbudi pekerti.