REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Fauziah Mursid
Media Survei Nasional menilai Joko Widodo dan penantangnya sama-sama mempunyai pekerjaan rumah berat dalam pemilihan presiden 2019. Penyelesaian masalah tersebut adalah kunci meraih kemenangan dalam agenda lima tahunan itu.
"Pesan dari riset kami jelas, baik dari kubu Jokowi maupun oposisi, dua-duanya punya PR sangat berat, PR yang muncul di kubu Pak Jokowi adalah munculnya golongan masyarakat yang tidak sedikit, sampai 46 persen, ingin memilih presiden selain Jokowi," ujar Direktur Riset Media Survei Nasional Sudarto saat hadir dalam diskusi di Menteng, Jakarta, Sabtu (21/4).
Sudarto mengungkapkan hasil risetnya, yaitu sebanyak 46,4 persen responden menginginkan pergantian presiden. Namun, di sisi lain, pihak yang ingin Jokowi kembali menjadi presiden mencapai 45 persen.
Ia mengungkap beberapa alasan yang membuat masyarakat menginginkan pergantian presiden meski masyarakat juga mengakui Jokowi berprestasi. Salah satunya, Jokowi dianggap tidak mampu menyelesaikan persoalan ekonomi yang makin dirasakan masyarakat.
"Prestasi Pak Jokowi tidak mampu mengobati kekecewaan terhadap kondisi lebih riil terkait ekonomi," ujar Sudarto.
Sementara, pekerjaan berat yang harus dilakukan poros oposisi adalah menghadirkan figur yang diinginkan 46 persen masyarakat untuk mengganti Presiden Jokowi. Saat ini, elektabilitas Jokowi masih lebih unggul dari nama-nama tokoh yang diusulkan menjadi calon presiden.
Surveinya menghasilkan catatan bahwa pihak oposisi belum mampu melahirkan tokoh alternatif yang dianggap layak dan mampu menggantikan pejawat. “Jangan sampai pada saat diumumkan, masyarakat yang tidak ingin memilih Jokowi merasa tidak cocok dengan tokoh tersebut sehingga mereka memilih kembali Pak Jokowi," ujar dia.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Masinton Pasaribu menanggapi gencarnya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menawarkan diri sebagai calon wakil presiden untuk Joko Widodo. Bahkan, Muhaimin telah mendeklarasikan posko “Join”, yakni dari singkatan Jokowi-Muhaimin.
"Namanya juga usaha. Kalau belum terpilih, ya, terus aja usaha," ujar Masinton saat menghadiri diskusi bertajuk “Politik Copras Capres” di Menteng, Jakarta.
Masinton menilai wajar upaya sejumlah tokoh berupaya menjadi pendamping Jokowi. Namun, Masinton menegaskan, cawapres untuk Jokowi tidak akan diputuskan dalam waktu dekat. Itu akan dibahas oleh koalisi setelah pilkada 2018.
Menurut Masinton, poros koalisi Jokowi tengah kini berfokus merealisasikan janji dan program. Menurut dia, itu juga dapat membantu kemenangan Jokowi di pilpres.
Ia juga tidak khawatir dengan elektabilitas Jokowi yang menurut beberapa survei dinilai belum aman sebagai capres dari pejawat. "Terlepas dari itu, hingga saat ini presiden yang memenuhi syarat PT (presidential threshold) 20 persen, ya, baru Pak Jokowi. Bahkan, yang mengampanyekan ganti presiden belum punya presiden," ujar Masinton.
Di tempat terpisah, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan, pertemuannya dengan Presiden PKS Sohibul Iman akhir-akhir ini membahas peta perpolitikan seputar pilpres 2019. Namun, Prabowo belum memberikan jawaban pasti apakah calon wakil presiden yang akan mendampinginya pada pilpres 2019 adalah kader PKS atau bukan.
"Yang kita bicarakan, ya, untuk kepentingan bangsa. Saya rasa PKS juga memiliki tujuan yang sama," kata Prabowo di kantor DPP PKS, Jakarta.
Prabowo pun optimistis dirinya bisa melenggang pada pilpres 2019 meski hingga saat ini belum mengantongi syarat PT 20 persen. "Insya Allah aman," kata Prabowo.