Ahad 22 Apr 2018 20:50 WIB

Karya Seni Teater Diharapkan tak Tergantung Sponsor

Teater tak lagi menitikberatkan pada pemikiran dan kritik sosial, melainkan sponsor.

Teater Gandrik tampilkan lakon Pensiunan di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.
Foto: dok. Image Dynamics
Teater Gandrik tampilkan lakon Pensiunan di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Faruk HT mengharapkan pementasan karya-karya seni teater para seniman nasional tidak bergantung dengan ada atau tidaknya sponsor. Pakar Ilmu Budaya UGM ini mengkritik teater modern nasional pascaera generasi Teater Gandrik dan Teater Dinasti yang cenderung kehilangan arah idealisme dalam berkesenian.

"Sudah seharusnya teater sebagai karya seni tidak terlalu terpengaruh dengan ada atau tidaknya sponsor," kata Faruk saat berbicara dalam acara Dialog Budaya di Rumah Budaya Emha Ainun Najib, Yogyakarta, Ahad (22/4) sore.

Menurut Faruk, Teater tidak lagi menitikberatkan pada naskah, pemikiran, serta kritik sosial, melainkan pada sponsor. "Pentas-pentas (teater) sekarang yang penting ada sponsornya. Kalau tidak ada sponsor ya tidak tampil," kata dia.

Fenomena itu, lanjut Faruk, diakibatkan munculnya iklim ekonomisasi karya hampir di semua lini termasuk seni teater sehingga segala sesuatu diukur dengan uang, selain juga iklim politik yang ikut memengaruhi. "Ada kecenderungan juga kita kehilangan isu, (dalam berkarya) kita mau mengatakan apa dan terobsesi masalah apa seolah sudah susah," kata dia.

Pada era 1970-an, menurut Faruk, banyak karya teater yang selain mampu memberikan kritik sosial mendalam, di sisi lain juga mampu mengemas ke dalam pertunjukan yang memikat.

Faruk mencontohkan, teater era 1970-an berjudul "kelahiran" karya Tertib Suratmo mampu memberikan kritik sosial yang tajam mengenai hubungan masyarakat tradisional dan perkotaan. Karya teater yang akan ditampilkan kembali di Taman Budaya Yogyakarta pada Ahad (22/4) malam itu menggambarkan bagaimana perbedaan mencolok antara masyarakat kota dan desa dalam menyikapi peristiwa kelahiran.

Sementara itu, budayawan Emha Ainun Najib mengatakan, karya-karya seni termasuk teater dapat menjadi pemantik munculnya karya-karya yang inovatif bagi bangsa. "Kalau bisa kesenian menjadi 'kaca benggala' para inovator untuk membuat karya yang inovatif," kata budayawan yang akrab disapa Cak Nun ini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement