Selasa 24 Apr 2018 15:37 WIB

Investasi Energi Terbarukan Masih Sepi Peminat

Target investasi baru terealisasi hanya 14,7 persen.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Pemerintah NT berupaya mewujudkan target energi terbarukan 50 persen pada 2030.
Foto: ABC
Pemerintah NT berupaya mewujudkan target energi terbarukan 50 persen pada 2030.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investasi di bidang listrik berbasis energi terbarukan masih sepi peminat. Hal ini dilihat dari target investasi sejumlah 2 miliar dolar Amerika, namun hingga Maret baru terealisasi 14,7 persen.

Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari menjelaskan memang target yang dipasang oleh pemerintah pada 2018 ini lebih besar dari 2017. Ida menjelaskan pada tahun lalu pemerintah memasang target sebesar 1,34 miliar dolar Amerika.

"Sampai Maret memang masih 14,7 persen. Tapi kita usahakan tetap capai target," ujar Ida di Hotel Aryaduta, Selasa (24/4).

 

Baca juga, 7 Hal Konkret Penerapan Energi Terbarukan di Dunia.

 

Hal senada juga diamini oleh Direktur Jendral EBTKE, Kementerian ESDM, Rida Mulyana. Rida menjelaskan memang salah satu kendala pengembangan pembangkit listrik EBTKE adalah kesulitannya perusahaan dalam mencari pendanaan.

Rida menjelaskan, pihaknya mencoba membantu mengkomunikasikan hal ini kepada OJK, Perbankan dan juga Bank Indonesia. Rida menjelaskan, ada rencana pemerintah akan bekerja sama dengan OJK untuk MoU kesepahaman terkait kredit untuk pengembangan pembangkit listrik."Memang kuncinya adalah financial, kita bantu carikan peluangnya," ujar Rida.

Meski kendala keuangan menjadi salah satu hambata, namun Rida menjelaskan opsi insentif atau tax holiday juga bukan salah satu solusi. Ia menjelaskan, pemerintah ingin tetap listrik yang diproduksi oleh IPP bisa terjangkau bagi masyarakat.

"Kita identifikasi satu persatu kenapa. Memang butuh ruang khusus antara IPP dan Perbankan," kata Rida.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement