Kamis 26 Apr 2018 09:30 WIB

Asal Bahan Senjata Kimia Suriah Terkuak

Ekspor isopropanol ke Suriah tanpa ada penentangan dari Pemerintah Swiss.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
 Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah. Tetapi para ahli OPWC belum dapat mengunjungi tempat kejadian.
Foto: AP Photo/Bassem Mroue
Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah. Tetapi para ahli OPWC belum dapat mengunjungi tempat kejadian.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sebuah perusahaan Swiss dilaporkan telah mengekspor zat kimia yang dapat digunakan untuk menghasilkan gas sarin yang mematikan ke Suriah pada 2014. Menurut laporan Swiss Radio dan stasiun televisi RTS pada Rabu (25/4), sebuah perusahaan Swiss mengekspor lima metrik ton isopropanol kimia ke Suriah pada tahun itu.

Pada Mei 2014, Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) mengatakan, Suriah telah memusnahkan 120 metrik ton isopropanol. "Namun, enam bulan setelah pemusnahan itu, sebuah perusahaan Swiss mengekspor lima metrik ton isopropanol ke Suriah tanpa ada penentangan dari Pemerintah Swiss," kata RTS.

Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO) mengatakan, kliennya adalah sebuah perusahaan farmasi swasta Suriah. Menurut perusahaan itu, tidak ada indikasi klien mereka memiliki hubungan dengan rezim Suriah pada saat itu.

Uni Eropa telah memberlakukan sanksi terhadap rezim Suriah, salah satunya pada ekspor beberapa bahan kimia, termasuk isopropanol. Namun, Swiss, yang merupakan anggota non-Uni Eropa, tidak menambahkan isopropanol ke daftar produk terlarang untuk diekspor Suriah.

Dilansir di Anadolu, pasukan rezim Suriah tercatat telah melakukan 214 serangan kimia terhadap oposisi sejak 2011. Serangan itu menewaskan sedikitnya 1.421 orang, menurut kelompok pengawas Syrian Network for Human Rights (SNHR).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement