Ahad 29 Apr 2018 05:34 WIB

AS Yakin Kim Jong-un Serius Lakukan Denuklirisasi

Dua pemimpin Korea bersepakat untuk mengakhiri perang.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo mengatakan, ia merasa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un serius untuk melakukan denuklirisasi. "Saya benar-benar merasa dia serius," kata dia seperti dikutip Korea Herald, (29/4).

Pernyataan tersebut disampaikan beberapa jam setelah dua pemimpin Korea, Korea Selatan dan Korea Utara, bersepakat untuk mengakhiri perang. Pompeo bertemu dengan Kim dalam kunjungan rahasianya ke Pyongyang dari 30 Maret sampai 1 April, untuk mempersiapkan pertemuan puncak antara Presiden Kim dan Presiden AS Donald Trump pada Mei atau awal Juni nanti.

Pompeo juga memuji pertemuan antara pemimpin Korsel dan Korut. Tentunya pertemuan tersebut menjadi pertemuan bersejarah, sekaligus menjadi momen untuk menghapus total program nuklir Korut.

"Janganlah ada keraguan, kita tidak akan berada di tempat ini tanpa usaha maksimal dari Presiden Trump dan usaha dari seluruh dunia untuk memberikan tekanan kepada Korea Utara," kata Pompeo.

Dia juga menegaskan AS akan berupaya menghapus total program nuklir Korut dan tidak akan mengulang kegagalan masa lalu saat bernegosiasi dengan Korut. "Kami berkomitmen untuk membongkar senjata pemusnah massal Korut yang permanen, dapat diverifikasi, dan tidak dapat dibatalkan tanpa penundaan," katanya.

Presiden Korsel Moon Jae-in dan pemimpin Korut Kim Jong-un mengadakan pertemuan bersejarah di selatan Garis Demarkasi Militer di desa gencatan senjata Panmunjom pada Jumat (27/4) waktu setempat setelah bertahun-tahun terjadi peningkatan ketegangan militer.

Kedua pemimpin juga sepakat bahwa kedua negara akan menghentikan semua tindakan bermusuhan satu sama lain, meningkatkan komunikasi tingkat tinggi dan mengadakan reuni keluarga terpisah pada kesempatan Hari Pembebasan 15 Agustus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement