REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Para peternak ayam potong (boiler dan pejantan) di Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis, mengeluh lantaran ternak ayam mati mendadak. Peternak menduga kematian unggas mereka yang berusia sekitar 30 hari tersebut lantaran beberapa faktor.
"Dugaan saya ada tiga penyebabnya. Terserang penyakit, kualitas DOC (day old chicken) atau ayam dengan umur di bawah 10 hari , dan pakan yang rendah," kata Ajat Sudrajat (48 tahun) peternak asal Desa Danasari, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis kepada Republika.co.id Ahad (29/4).
Menurut Ajat, di Desa Danasari dan Desa Sidamulyabada sekitar 100 peternak. Rata-rata para peternak memelihara sekitar 4.000 ekor ayam di kandangnya. Kematian ayam di kedua desa tersebut, kata dia, sudah berlangsung sejak dua pekan lalu. Unggas tersebut, kata dia, mati secara beruntun. "Gejalanya ayam demam dan tak lama mati. Yang bertahan hidup mengalami radang usus. Bila diberi minum dengan PH rendah maka langsung terkena penyakit koli," ujar dia yang memelihara sekitar 4.000 ekor ayam di kandangnya.
Ajat mengungkapkan, ayam yang mati tersebut diduga terserang penyakit gumboro. Penyakit tersebut menyerang unggas sejak dua pekan lalu. Biasanya, kata dia, jumlah unggas yang mati hanya sekitar lima persen dari populasi. Tapi, saat ini jumlah unggas yang mati mencapai 30 sampai 40 persen. " Baru sekarang kematian ayam jumlahnya cukup besar. Biasanya hanya sekitar lima persen dari populasi," tutur dia.
Ajat memprediksi ayam yang mati akan terus bertambah. Padahal, masa panen masih sekitar 20 hingga 30 hari lagi. Ia tak yakin pada musim panen saat ini petani akan untung. Menurutnya, untuk bisa kembali modal saja peternak sangat pesimis. "Musim panen masih sekitar 20 hingga 30 hari lagi. Kami tak yakin hasil panen bisa mencapai 50 persen. Sekarang saja yang mati sudah di angka 30 persen," tutur dia yang sudah 10 tahun menjadi peternak ayam potong.
Kematian ayam yang mendadak dalam jumlah besar, kata Ajat, baru kali pertama terjadi di daerahnya. Ia menduga kematian ayam tersebut tak lepas dari kualitas DOC yang rendah serta pakan yang tak memenuhi standar.
Jika terserang penyakit, kata dia, peternak butuh perhatian ekstra agar unggas peliharannya tetap bertahan hidup dan bisa dipanen. "Kalau sudah seperti ini (terserang penyakit) butuh perawatan ekstra. Masa pemeliharaan pun bertambah lama dan dampaknya akan menguras biaya karena tambah pakan dan pemeliharaan," tutur dia.