REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dalam langkah kecil awal menuju rujuk, Korea Selatan pada Senin (30/4) mengatakan akan mencopot pengeras suara pengobar propaganda ke seberang perbatasan. Sementara Korea Utara akan mengubah jamnya untuk menyelaraskan waktu dengan tetangganya di selatan.
Langkah tersebut dilakukan setelah pertemuan bersejarah pada Jumat, saat Presiden Korsel Moon Jae-in dan pemimpin Korut Kim Jong-un setuju mengakhiri permusuhan dan bekerja sama menuju pelucutan nuklir menyeluruh di semenanjung Korea. Korsel mematikan pengeras suara, yang menyiarkan campuran berita, lagu "pop" Korea dan kecaman terhadap penguasa Korut, sebagai isyarat niat baik menjelang pertemuan puncak. Pihaknya dijadwalkan mulai mencopot pengeras suara itu pada Selasa.
"Kami melihat itu sebagai langkah pertama paling mudah untuk membangun kepercayaan militer," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Choi Hyun-soo. "Kami mengharapkan penerapan oleh Korea Utara."
Pertemuan puncak berujung baik tersebut meningkatkan kepercayaan Korsel pada Korut, kata jajak pendapat pada Senin, meskipun deklarasi akhir pertemuan itu meninggalkan banyak pertanyaan yang tak terjawab. Terutama apa arti "denuklirisasi" atau bagaimana itu akan tercapai.
Banyak hal-hal yang kini bergantung pada pertemuan puncak mendatang antara Kim dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Pertemuan itu bisa terjadi selama tiga sampai empat minggu ke depan.
Setiap kesepakatan dengan AS akan mengharuskan Korut menunjukkan langkah yang "tidak dapat diubah" untuk menghentikan program senjata nuklirnya, demikian Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Ahad (29/4).
Kebingungan diplomasi sedang berlangsung menjelang pertemuan itu, dengan Cina yang mengatakan akan mengirim diplomat tinggi pemerintah, Wang Yi, untuk mengunjungi Korut pada Rabu dan Kamis pekan ini. Cina adalah sekutu utama Korut.
Selama akhir pekan, kepala mata-mata Korsel mengunjungi Tokyo untuk memberi penjelasan singkat kepada Perdana Menteri Shinzo Abe.