REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan melalui B2P2TOOT Tawangmangu lakukan pemetaan profil DNA sidik jari terhadap 3.500 tanaman obat di Indonesia. Pemetaan bekerja sama dengan sembilan perguruan tinggi di Indonesia.
Melalui Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja) selama tiga tahun terakhir, telah pula dihasilkan koleksi 30 spesies tanaman obat yang meliputi tidak kurang 3.500 sampel. Kolaborasi utama dilakukan dengan Fakultas Biologi dan Fakultas Farmasi UGM.
Selain itu, ada Fakultas Peranian Universitas Andalas, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), FIMPA Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Pertanian UGM, Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga dan Fakultas Biosains Universitas Brawijaya.
Ada pula Fakultas Saintek UIN Maulana Malik Ibrahim, FMIPA Biologi Universitas Airlangga dan Fakultas Fakultas Saintek UIN Sunan Ampel Surabaya. Analisis lanjut dilakukan dengan menggandeng Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Sebagai langkah pemantapan metode dan pelaksanaan kegiatan tersebut, B2P2TOOT menggelar rapat koordinasi teknis bersama mitra-mitranya. Dalam Focus Group Discussion pada 22-24 April 2018, dibahas teknik analisis profil DNA sidik jari dan keragaman fitokimia.
Turut dibahas manajemen keuangan serta perumusan draft kerja sama dengan lab-lab mitra. Ketua Ristoja 2017, Slamet Wahyono berharap, dapat terjalin kerja sama yang saling menguntungkan baik bagi Kemenkes maupun perguruan-perguruan tinggi mitra.
"Sehingga, menghasilkan output yang bermanfaat di antaranya tersusunnya database potensi tanaman obat nasional, serta mendukung peningkatan kapasitas perguruan tinggi dalam pengembangan ilmu," kata Slamet.
Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Budi Daryono menyampaikan, pemetaan DNA tanaman obat Indonesia sangat penting dilakukan. Terutama, dalam upaya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman obat.
Selain itu, ia berpendapat, identitas dan data-data berbagai tanaman obat asli Indonesia dapat didokumentasikan dan dipetakan kemanfaatannya. Terlebih, Indonesia merupakan hotspot biodiversitas dengan lebih dari 32 ribu tanaman yang berkhasiat obat.
"Ristoja ini merupakan riset strategis dan pertama dalam sejarah Indonesia mendata seluruh tanaman obat di seluruh daerah Indonesia," ujar Budi.