REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Teguh alias Dedi Sulistiantono, terduga teroris berusia 41 tahun yang ditembak mati polisi di rumah kos-nya, di Jalan Sikatan IV, Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, Selasa (15/5) petang, kesehariannya berjualan ikan. Teguh juga menjual jajanan gorengan.
"Selama sekitar lima tahun indekos di Jalan Sikatan IV, Pak Teguh sehari-harinya berjualan ikan dan jajanan gorengan di Pasar Sikatan," ujar Ketua RT 6/RW 2 Kelurahan Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, Ramin, saat dikonfirmasi di lokasi kejadian, Selasa (15/5) malam.
Menurut dia, yang terlihat bekerja cuma Teguh. Sedangkan istrinya, Suyanti, usia 34 tahun, hanya dikenal sebagai ibu rumah tangga. Warga sekitar menyebut Suyanti, istri Teguh, dengan sapaan Keceng, mengacu pada perawakannya yang terbilang kurus.
Istri Teguh sejak pertama kali tinggal di Jalan Sikatan IV, Surabaya, tidak berjilbab. Baru terlihat berjilbab sejak beberapa bulan terakhir. Itu pun masih kerap kali buka-pasang jilbab.
Keluarga ini selama lima tahun terakhir telah berpindah kos sebanyak dua kali. Semuanya di sepanjang Jalan Sikatan IV, Surabaya. Teguh tercatat sebagai warga asli Surabaya asal Kelurahan Manukan Kulon. Sementara itu, istrinya asal Jombang, Jawa Timur. Pasangan ini memiliki tiga anak yang semuanya masih kecil.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera mengatakan, Teguh alias Dedi ditembak mati karena berupaya melawan saat hendak ditangkap. Istri dan ketiga anaknya saat ini telah diamankan polisi.