REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Rabu mengatakan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) gagal dalam menghadapi penyerangan pasukan Israel, yang menyebabkan 60 pengunjuk rasa tewas di Gaza, Palestina, pada Senin (14/5). Unjuk rasa ini ketika Amerika Serikat memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.
Turki menjadi salah satu pengecam paling lantang atas penggunaan kekuatan mematikan Israel terhadap pengunjuk rasa di perbatasan Gaza dan keputusan AS memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Ia menyerukan pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul pada Jumat.
Ketika berbicara saat jamuan malam pada pertama Ramadhan, Erdogan menilai bahwa sebagian besar masyarakat dunia gagal menanggapi peristiwa di Gaza. Ia memperingatkan bahwa tetap diam berarti membuka pintu sangat berbahaya.
"Dalam menghadapi semua peristiwa itu, PBB telah berakhir. Itu telah menjadi kelelahan dan runtuh. Jika penindasan oleh Israel ditanggapi dengan lebih banyak diam, maka dunia akan dengan cepat terseret ke dalam kekacauan," kata Erdogan, Kamis (17/5).
Peristiwa di Gaza juga memicu pertikaian diplomatik Turki dengan Israel, dengan kedua negara mengusir diplomat senior masing-masing pada Selasa. Sengketa itu tampaknya menandai krisis diplomatik terburuk antar dua kekuatan regional sejak marinir Israel menyerbu sebuah kapal bantuan di tengah pemberlakuan blokade laut Gaza tahun 2010, yang berakibat pada tewasnya 10 aktivis Turki dan mendorong penurunan hubungan diplomatik yang berlangsung hingga 2016.
Erdogan, yang menggambarkan pertumpahan darah hari Senin sebagai genosida awal pekan ini, mengatakan Turki telah meluncurkan prakarsa untuk membawa masalah ini ke agenda Majelis Umum PBB. Ia mengatakan Ankara menekan anggota Dewan Keamanan PBB untuk lebih aktif.
Dia mengatakan kepala kantor staf dan kementerian luar negerinya bekerja untuk mengevakuasi korban yang terluka dari Gaza. Ia mengatakan bahwa Turki akan berdiri di Palestina tidak peduli apapun yang harus ditanggung.
"Bahkan jika seluruh dunia menutup mata mereka, kami tidak akan membiarkan kekejaman Israel. Kami akan terus bersama saudara-saudara Palestina kami tidak hanya dengan hati kami, tetapi dengan semua sumber daya kami," katanya.
"Kami tidak akan pernah membiarkan Yerusalem dicuri oleh Israel," katanya.