Selasa 22 May 2018 05:53 WIB

Status Gunung Merapi Dinaikkan Jadi Waspada

Terjadi empat kali letusan freatik Merapi sejak kemarin.

Rep: Wahyu Suryana/RR Laeny Sulistywati/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah warga mengungsi di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (21/5). Ratusan warga lereng Gunung Merapi mengungsi untuk mencari tempat aman di Balai Desa karena hujan abu akibat letusan freatik Gunung Merapi yang terjadi pada Senin pukul 17.50 petang, setelah letusan freatik pukul 01.25 WIB dan pukul 09.38 WIB.
Foto: Antara
Sejumlah warga mengungsi di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (21/5). Ratusan warga lereng Gunung Merapi mengungsi untuk mencari tempat aman di Balai Desa karena hujan abu akibat letusan freatik Gunung Merapi yang terjadi pada Senin pukul 17.50 petang, setelah letusan freatik pukul 01.25 WIB dan pukul 09.38 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) baru saja menaikkan status Gunung Merapi dari normal ke waspada. Hal ini dilakukan setelah terjadinya sejumlah letusan freatik sepanjang Senin (21/5) kemarin.

"Sehubungan dengan adanya peningkatan aktivitas tersebut di atas, Gunung Merapi dinaikkan dari normal menjadi waspada yang berlaku mulai 21 Mei 2018 pukul 23.00," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Senin (21/5) malam.

Untuk itu, BPPTKG mengeluarkan sejumlah rekomendasi seperti menutup pendakian Gunung Merapi kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian terkait mitigasi bencana. Radius tiga kilometer dari puncak diminta dikosongkan dari aktivitas penduduk.

Masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, status Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

"Masyarakat agar tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat," ujar Hanik.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, terhitung telah terjadi empat kali letusan freatik disertai suara gemuruh sejak Senin (21/5) hingga Selasa (22/5) pukul 03.30 WIB.

Letusan freatik tersebut adalah pada Senin kemarin pada pukul 01.25 WIB berdurasi 19 menit dengan ketinggian kolom letusan 700 meter, pukul 09.38 WIB berdurasi 6 menit dengan ketinggian kolom letusan 1.200 meter, pukul 17.50 WIB berdurasi 3 menit dengan ketinggian kolom letusan tidak teramati, serta pada hari ini pukul 01.47 WIB berdurasi 3 menit dengan ketinggian kolom letusan 3.500 meter.

Letusan juga membuat hujan abu vulkanik jatuh di sekitar Gunung Merapi seperti wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta, meliputi Kecamatan Cangkringan (Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo, Desa Umbulharjo), Kecamatan Pakem (Desa Purwobinangun, Desa Hargobinangun, Desa Kaliurang), dan Kecamatan Ngemplak (Desa Widomartani). Di wilayah Kabupaten Klaten, hujan abu vulkanik jatuh di Kecamatan Kemalang (Desa Balerante dan Desa Panggang).

Ia menambahkan, sejak tadi malam sebagian masyarakat telah mengungsi mandiri ke tempat yang lebih aman. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang.

"Tidak terpancing pada isu-isu mengenai letusan Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat diimbau mengikuti arahan dari pemda setempat," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement