REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu tahun menjelang pemilihan presiden (pilpres) 2019, lembaga Indobarometer melakukan survei terkait tingkat kepuasan kinerja Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla selama 3,5 tahun berdasarkan program Nawacita yang disampaikan saat kampanye. Hasilnya, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden sebesar 68 persen.
"Sedangkan, untuk yang kurang puas atau tidak puas sama sekali sebanyak 29,4 persen. Sementara, dari distribusi kepuasan, pemilih yang puas mayoritas 60,8 persen mendukung Jokowi. Sementara, publik yang tidak puas mayoritas 40,1persen mendukung Prabowo Subianto," ungkap Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Selasa (22/5).
Berdasarkan hasil survei ini, Qodari menjelaskan, dibanding dengan survei sebelumnya, tren kepuasan publik terhadap Jokowi fluktuatif sejak survei nasional pada Maret 2015-Januari 2018. Sebelumnya, hal tersebut sempat melemah hanya pada September 2015 silam. Maka, dengan demikian, kata Qodari, hasil survei ini dapat menjadi modal yang bagus jelang satu tahun menuju pilpres 2019 mendatang.
Sementara itu, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jusuf Kalla sebesar 61,2 persen. Masyarakat yang mengaku kurang puas atau tidak puas sama sekali sebesar 34,8 persen.
Kemudian, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden sebesar 65,1 persen. "Adapun masyarakat yang menyatakan kurang puas atau tidak puas sama sekali sebanyak 32 persen," ujarnya.
Qodari menambahkan, ada beberapa alasan yang membuat publik puas dengan kinerja Jokowi-Jusuf Kalla. Di antaranya paling tinggi pembangunan infrastruktur 29,7 persen, banyak pencapaian 18,1 persen, bantuan rakyat kecil 13,8 persen, kinerja bagus 8,7 persen, serta kebijakan tegas 5,0 persen.
Selain itu, juga pembangunan daerah terpencil sebesar 4,6 persen, merakyat dan berjiwa sosial 3,2 persen. "Ada juga karena program kerja bagus dan terealisasi sebesar 2,5 persen, perhatian terhadap kesehatan masyarakat 2,1 persen," tutur Qodari
Survei ini dilaksanakan pada 15-22 April 2018. Metode yang digunakan adalah melibatkan 1.200 responden. Margin of error sebesar 2.83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner.
"Responden survei adalah warga negara Indonesia yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah pada saat survei dilakukan," kata Qodari.
Menanggapi hal itu, politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), mengatakan, hasil survei ini menandakan bahwa rakyat Indonesia cukup puas dengan kinerja Jokowi selama 3,5 tahun. Kemudian, fakta ini juga mengungkapkan bahwa isu-isu yang menyudutkan Joko Widodo adalah permainan politik yang dimainkan. Salah satunya isu yang menyebutkan bahwa Joko Widodo adalah antek asing.
Bamsoet menjelaskan bahwa dalam survei Indobarometer, mayoritas publik 49 persen berpendapat Jokowi bukan antek pihak asing, yang berpendapat Jokowi adalah antek pihak asing sebanyak 7,4 persen. Kemudian, dari distribusi pilihan capres berdasarkan isu tersebut, sebesar 56,8 persen publik yang menyatakan Jokowi adalah antek pihak asing terdistribusi kepada Prabowo Subianto, dan sebesar 25 persen terdistribusi kepada Joko Widodo.
"Sementara yang menyatakan Jokowi bukan antek pihak asing sebesar 64 persen terdistribusi kepada Joko Widodo, dan sebesar 20 persen terdistribusi kepada Prabowo Subianto. Ini dari hasil survei bahwa isu ini ada yang memainkan," kata Bamsoet.