REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) meningatkan status Gunung Merapi dari normal ke waspada. Karenanya, sistem peringatan dini jadi semakin vital menyikapi meningkatkan aktivitas Gunung Merapi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto memastikan, sistem peringatan dini (EWS) yang ada berfungsi dengan baik. Ada sekitar 20an lebih EWS yang otomatis menyala jika Merapi memasuki level awas.
"EWS nyala semua, jalur evakuasi juga sudah siap, titik kumpul semua sudah ada tanda arahnya dan aman," kata Joko usai pertemuan elemen-elemen kebencanaan Kabupaten Sleman di Posko BPBD Pakem.
(Baca: Warga Sekitar Merapi Diimbau Tetap Gunakan Masker)
Ia menekankan, EWS itu juga akan secara otomoatis menyala atau bisa manual dinyalakan bila terjadi lahar dingin maupun elevansi tertentu. Selain itu, telah pula disiapkan 12 barak pengungsian di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Cangkringan dan Kecamatan Ngemplak.
"Kemungkinan malam ada yang mengungsi karena kemungkinan masih ada yang trauma 2010," ujar Joko.
Pantauan Republika, masyarakat sekitaran lereng Gunung Merapi memang cukup kerepotan bolak-balik antara rumah dan titik aman. Pasalnya, tiap letusan freatik terjadi situasi cukup tenang, lalu terjadi lagi keesokan harinya.
Sejumlah lansia tampak bertahan di titik-titik aman. Sedangkan, mereka yang mengungsi ke titik-titik aman dan kembali ke rumah saat situasi sudah tenang, terlihat harus kembali lagi ke pengungsian saat letusan terjadi lagi.