Ahad 27 May 2018 14:13 WIB

Puskesmas Bogor Utara Imbau Warga tak Makan Keong Sawah

Imbauan demi mengantisipasi keracunan massal.

Korban keracunan keong sawah dirawat di Puskesmas Bogor Utara. Hingga Ahad (27/5) pagi jumlah korban mencapai 89 orang.
Foto: Zahrotul Octaviani
Korban keracunan keong sawah dirawat di Puskesmas Bogor Utara. Hingga Ahad (27/5) pagi jumlah korban mencapai 89 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pascakejadian keracunan massal warga Tanah Baru, Puskesmas Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat, mengeluarkan imbauan agar warga tidak mengonsumsi tutut (keong sawah) selama Ramadhan.

"Tujuannya mengantisipasi kejadian serupa tidak terulang lagi, karena keracunan itu berasal dari tutut yang dibeli dari sumber yang sama," kata Kepala Puskesmas Bogor Utara, Oki Kurniawan, Ahad (27/5).

Imbauan ini telah disampaikan kepada seluruh petugas kesehatan dan kader di Puskesmas Bogor Utara untuk disosialisasikan kepada masyarakat di wilayah Tanah Baru dan sekitarnya. Oki menyebutkan, kesimpulan sementara dari hasil investigasi tim kesiapsiagaan Dinkes dan surveilance puskesmas, kemungkinan sumber penyebab keracunan dari tutut.

"Semua yang menderita mual, muntah, diare itu mengakui makan tutut. Bahkan hanya mencicipi kuahnya saja diare," kata Oki.

Hingga Ahad pagi, jumlah pasien keracunan bertambah jadi 89 orang. Mereka yang keracunan adalah warga dalam satu RW dari tiga RT berbeda, yakni RW 07, RT 01, RT 02 dan RT 05. Warga yang mengalami mual, muntah, diare, dan deman tinggi sudah dirawat sejak Jumat malam (25/5) di sejumlah fasilitas kesehatan, puskesmas dan rumah sakit.

Penyebab pasti keracunan sedang dianalisis di laboratorium Labkesda Kota Bogor dan Labkesda Provinsi Jawa Barat. Petugas kepolisian telah mengamankan tutut dari rumah Bu Yayah, warga RT 04/RW 07 si pembuat masakan Tutut. Jumlah tutut yang tersimpan hampir mencapai satu karung.

Menurut Oki, larangan ini bukan berarti Tutut menjadi penyebab keracunan, tetapi keracunan bisa karena masakan tidak diolah secara higienis atau sumber air yang digunakan untuk memasak kurang bagus.

"Ini semua sedang ditelusuri, sampel sudah diambil, sisa tutut yang ada, memeriksa air sumur, serta bumbu masakannya," kata Oki.

Menurut warga, tutut salah satu hidangan yang paling diminati setiap bulan Ramadhan. Ini terlihat maraknya pedagang tutut di pasar-pasar dan penjual takjil musiman.

Tutut dijual dengan aneka rasa. Ada tutut super pedas dan tutut rasa original.

"Ramadhan gini tutut paling banyak dicari, dijadikan camilan setelah berbuka, makanya banyak pedagang tutut bermunculan," kata kader Posyandu RT 04/RW 07 Kelurahan Tanah Baru, Sumarni.

Sumarni mengatakan, di wilayahnya ada dua warganya yang menjual tutut, salah satunya Bu Yayah. Tutut yang dikonsumsi warga hingga menyebabkan keracunan bersumber dari warung Mang Juju yang dibuat Bu Yayah.

"Anak saya ikut makan, tapi tidak dari tutut buatan Bu Yayah, pedagang satunya lagi. Aman-aman saja, nggak kenapa-napa," kata Sumarni.

Warga menduga, tutut yang dijual hari itu adalah tutut sisa yang tidak laku diolah kembali oleh Bu Yayah. "Sempat kemarin saya tanya, tutut yang tidak habis dijual, dibuang apa diolah lagi. Jawabnya dibuang, tapi kenapa kejadian begini," kata Sumarni heran.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement