Selasa 29 May 2018 19:06 WIB

Pengiriman Senjata Inggris ke Israel Naik Drastis

Kenaikan ekspor senjata Inggris ke Israel naik hingga 256 persen pada 2017.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Seorang polisi perbatasan Israel membidik senjatanya selama bentrokan dengan warga Palestina di dekat pemukiman Yahudi Bet El, dekat kota Tepi Barat yang diduduki Ramallah.
Foto: REUTERS / Mohamad Torokman
Seorang polisi perbatasan Israel membidik senjatanya selama bentrokan dengan warga Palestina di dekat pemukiman Yahudi Bet El, dekat kota Tepi Barat yang diduduki Ramallah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris menerbitkan lisensi senjata senilai 294 juta dolar AS kepada kontraktor pertahanan yang mengekspor ke Israel pada 2017. Angka tersebut naik hingga 256 persen jika dibandingkan dengan lisensi senjata pada 2016 senilai 114 juta dolar AS.

Menurut Campaign Against Arms Trade (CAAT), secara total Inggris telah menjual persenjataan dan perangkat militer senilai lebih dari 466 juta dolar AS kepada Israel dalam lima tahun terakhir. Senjata-senjata yang dijual Inggris ke Israel adalah senapan serbu, amunisi senjata kecil, senapan sniper, dan komponen untuk peralatan penargetan.

Laporan CAAT tersebut diterbitkan di tengah meningkatnya aksi kekerasan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga Palestina yang melakukan aksi demonstrasi sejak 30 Maret lalu. Sedikitnya 120 warga Palestina telah tewas oleh peluru penembak jitu Israel, dan lebih dari 13 ribu lainnya terluka.

Andrew Smith, juru bicara CAAT, mengatakan kepada Aljazirah, persenjataan Inggris yang dijual ke Israel telah digunakan dalam setidaknya dua serangan Israel di Jalur Gaza. Ia telah menyerukan penyelidikan penuh untuk menyelidiki apakah senjata Inggris juga digunakan dalam aksi kekerasan yang baru-baru ini dilakukan tentara Israel. "Investigasi Pemerintah Inggris telah mengkonfirmasi, senjata Inggris digunakan untuk melawan orang-orang Gaza pada serangan 2009 dan 2014," kata Smith.

Menurut Smith, peningkatan penjualan senjata adalah bukti hubungan politik dan militer yang semakin erat antara Inggris dan Israel. Hubungan dekat itu lebih lanjut ditunjukkan dengan rencana kunjungan Pangeran William ke Israel dan wilayah Palestina yang diduduki bulan depan, kunjungan resmi pertama yang dilakukan oleh anggota keluarga kerajaan Inggris.

Pangeran William pertama-tama akan mengunjungi ibu kota Yordania, Amman, sebelum menuju ke Tel Aviv, Yerusalem, dan Ramallah. Kunjungannya dilakukan dengan latar belakang ketegangan yang meningkat di wilayah itu akibat sejumlah peristiwa, seperti relokasi Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan pembunuhan 62 demonstran Palestina oleh pasukan Israel pada 14 Mei.

"Jika Pangeran ingin membantu rakyat Palestina, maka dia harus menentang pelanggaran yang terjadi dan menggunakan kunjungannya untuk menyerukan solusi damai yang berarti," ungkap Smith.

Baca: Dua Kapal Berlayar di Jalur Gaza Patahkan Blokade Israel

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement