Selasa 05 Jun 2018 11:32 WIB

Beda Bamsoet dan Fadli Zon Soal Radikalisme di Kampus

Laporan BNPT menyebutkan tujuh PTN terpapar radikalisme.

Rep: Febrianto Adi Saputro/Febrian Fachri/ Red: Muhammad Hafil
Tim Densus 88 bersama tim Gegana Brimob Polda Riau berjaga di area penggeledahan gedung Gelanggang Mahasiswa Kampus Universitas Riau (UNRI) di Pekanbaru, Riau, Sabtu (2/6).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Tim Densus 88 bersama tim Gegana Brimob Polda Riau berjaga di area penggeledahan gedung Gelanggang Mahasiswa Kampus Universitas Riau (UNRI) di Pekanbaru, Riau, Sabtu (2/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon berbeda pendapat soal ada tidaknya radikalisme di kampus. Bamsoet meminta Badan Intelijen Negara (BIN) mengusut kampus yang terpapar radikalisme. Sebaliknya, Fadli menyatakan di kampus tak ada radikalisme.

Bambang meminta BIN agar menggencarkan penyelidikan ke kampus-kampus yang diduga terpapar ajaran radikalisme. Upaya ini, menurut Bambang, sebagai salah satu penangkalan terorisme agar tidak berkembang di Tanah Air.

"BIN diharapkan menggencarkan penyelidikan di kampus-kampus yang diduga terpapar radikalisme. Agar jaringan terorisme dapat segera ditemukan dan diberantas," kata Bamsoet, Selasa (5/6).

Selain itu, guna memberantas bibit radikalisme dan terorisme yang dicurigai masuk ke kampus-kampus, Bambang berharap adanya kerja sama antara Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sebab, berdasarkan penelitian BNPT, radikalisme telah masuk ke semua perguruan tinggi dari DKI Jakarta hingga Jawa Timur. Tujuh di antaranya merupakan perguruan tinggi negeri.

Baca juga: Pemerintah Awasi Nomor HP dan Akun Medsos Mahasiswa

Bambang juga mendesak para rektor mengarahkan para mahasiswa di perguruan tinggi yang mereka pimpin untuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang positif. "BNPT sebaiknya mengadakan kegiatan-kegiatan bertema nasionalisme di sekolah maupun universitas guna meningkatkan cinta Tanah Air dan sikap bela negara pada generasi muda," ujar Bambang.

Sementara itu, Fadli Zon menyakini kampus-kampus di Indonesia jauh dari radikalisme dan tindakan terorisme. Menurut dia, di tengah kampus-kampus dalam negeri yang modern serta mahasiswa yang cerdas, tidak mungkin kampus disusupi terorisme.

"Apalagi sampai kegiatan pembuatan bom atau semacamnya, saya tidak yakin. Dari dulu saya tidak percaya. Masa di dalam kampus ya apalagi ini kampus negeri lebih punya pengamanan dan sebagainya," kata Fadli, Senin (4/6).

Baca juga: Fadli Zon Sayangkan Densus Geledah Kampus Unri

Ia berharap informasi yang mengatakan pelaku terduga teroris tersebut adalah seorang mahasiswa tidak benar. Politikus Partai Gerindra tersebut justru meyakini ada pihak dari luar yang memanfaatkan kampus untuk tempat yang dianggap aman.

"Kita harap terorisme di Indonesia ini harus kita berantas secara total dan tidak ada lagi," ujarnya.

Selain itu, ia juga merasa yakin tidak ada orang Indonesia yang punya bakat jadi teroris. Teroris yang ada belakangan ini, menurut Fadli, ada karena dimanfaatkan oleh orang lain dan dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

"Dan saya sangat yakin sampai sekarang masyarakat kita adalah masyarakat yang cinta damai, toleran, karena budaya kita dari dulu memang beragam," ujarnya. 

Baca juga: Polri Usut Aliran Dana Terduga Teroris di Unri

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement