REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Pemerintah Austria telah mengumumkan akan menutup tujuh masjid dan mengusir sejumlah imam yang didanai oleh negara-negara asing. Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan, langkah itu merupakan tindakan keras terhadap politik Islam.
Pemerintah mengatakan, 60 dari 260 imam di Austria sedang diselidiki oleh pihak berwenang Austria, dilansir di BBC, Jumat (8/6). Beberapa masjid diduga memiliki hubungan dengan nasionalis Turki. Pada April lalu, muncul gambar-gambar yang menunjukkan anak-anak dalam seragam tentara Turki memerankan kembali Pertempuran Gallipoli selama Perang Dunia Pertama.
Media Austria melaporkan bahwa dalam peran yang dilakukan anak-anak itu, termasuk anak-anak berperan mati dan ditutupi dengan bendera Turki, di dalam sebuah masjid yang dikelola oleh organisasi kesejahteraan Islam Turki yang disebut ATIB. "Masyarakat paralel, politik Islam dan kecenderungan radikalisasi tidak memiliki tempat di negara kita," kata Kanselir Kurz, Jumat.
Baca: Austria Berencana Tutup 7 Masjid
Pihak berwenang telah bekerja dengan sebuah badan komunitas Muslim yang disebut IGG untuk mengidentifikasi masjid dan imam yang dicurigai sebagai koneksi radikal Islam atau nasionalis. Media publik Austria ORF mengatakan, salah satu dari tujuh masjid, di Wina-Favoriten, telah dikaitkan dengan foto-foto anak-anak melakukan sapaan Grey Wolves.
The Grey Wolves adalah kelompok nasionalis Turki sayap kanan, dengan cabang di beberapa negara. Tiga dari masjid-masjid yang direncanakan akan ditutup berada di Wina, dua di Masjid Hulu dan satu di Carinthia.