REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Pemerintah AS akan terus mendorong maju pengenaan tarif impor yang tinggi dari Cina senilai 50 miliar dolar AS. Langkah yang akan diambil AS ini diyakini akan memicu perang antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut, karena Cina telah bersumpah untuk memberikan tindakan balasan.
Trump membuat daftar lebih dari 800 importir Cina kelas kakap dan strategis yang akan dihajar dengan tarif impor sebesar 25 persen, mulai 6 Juli 2018. Kebijakan tersebut juga berlaku untuk impor mobil, yang sudah diumumkan dalam kebijakan garis keras oleh kementerian perdagangan AS.
Kementerian Perdagangan Cina mengatakan akan membalas tindakan yang sama mengenakan besaran tarif impor yang sama pada produk AS. Kantor berita resmi Xinhua mengatakan Cina akan memberlakukan tarif 25 persen pada 659 produk AS, mulai dari kedelai, otomotif hingga makanan laut.
Cina mengeluarkan daftar baru tindakan balasan kepada AS, jumlahnya meningkat lebih dari enam kali lipat dari versi sebelumnya yang dirilis pada April 2018. Akan tetapi nilainya tetap 50 miliar dolar AS, karena beberapa barang bernilai tinggi seperti pesawat komersial telah dihapus.
Saham-saham perusahaan AS yang masuk daftar di Cina langsung turun. Saham Boeing Co, eksportir AS terbesar ke Cina, ditutup turun 1,3 persen. Saham Caterpillar Inc, eksportir besar lainnya ke Cina, turun 2 persen.
Trump akan mengenakan tarif tambahan kepada Cina jika melakukan tindakan balasan. AS dengan Cina tampak semakin menuju konflik perdagangan terbuka setelah beberapa putaran negosiasi gagal untuk menyelesaikan keluhan AS atas kebijakan industri Cina, yang dinilai kurang membuka akses pasarnya sehingga membuat deficit perdagangan sebesar 375 miliar dolar AS.
"Kebijakan tarif impor terhadap Cina ini sangat penting untuk mencegah ketidakadilan soal transfer teknologi Amerika dan kekayaan intelektual ke Cina, yang akan melindungi lapangan kerja Amerika, " kata Trump.
Para Analis, bagaimanapun, tidak mengharapkan kebijakan AS menimbulkan luka besar bagi ekonomi Cina, dan mengatakan perselisihan kedua negara itu sepertinya akan terus memburuk. Sementara banyak kelompok bisnis dan anggota parlemen mendesak kedua pemerintah untuk bernegosiasi dan bertemu di meja perundingan.
Kebijakan Trump memperoleh dukungan dari pemimpin Senat Demokrat AS Charles Schumer, yang menilai tepat sasaran. "Cina adalah musuh perdagangan kami. Dan pencurian properti intelektual Amerika oleh mereka dan penolakan mereka untuk membiarkan perusahaan kami bersaing secara adil dan mengancam jutaan pekerjaan Amerika di masa depan," kata Schumer.
Cina dan Amerika telah mengadakan tiga putaran pembicaraan tingkat tinggi sejak awal Mei 2018 tetapi selalu gagal mencapai kompromi. Presiden Trump tidak tergerak oleh tawaran Cina untuk membeli produk pertanian AS, produk energi dan barang lainnya, senilai 70 miliar dolar AS.