Jumat 22 Jun 2018 21:37 WIB

Lebaran Titik Pijak Perangi Ujaran Kebencian

Tabayyun menjadi penting sebagai prinsip kehati-hatian dalam mengelola media sosial.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi Wakil Gubermur DIY KGPAA Paku Alam X , Sekda DIY Gatot Saptadi dan Walikota Yogyakarta meresmian Revitalisasi Penataan Kawasan Komplek Kepatihan Menghadap Selatan di Jalan Suryatmajan Yogyakarta  dan dimulainya pintu masuk.kepatihan lewat selatan, Kamis (28/12).
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi Wakil Gubermur DIY KGPAA Paku Alam X , Sekda DIY Gatot Saptadi dan Walikota Yogyakarta meresmian Revitalisasi Penataan Kawasan Komplek Kepatihan Menghadap Selatan di Jalan Suryatmajan Yogyakarta dan dimulainya pintu masuk.kepatihan lewat selatan, Kamis (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hemengku Buwono X mengatakan momentum Lebaran Idul Fitri sebaiknya dimaknai sebagai titik pijak untuk memerangi keinginan melontarkan ujaran kebencian serta penyebaran berita bohong.

"Kewajiban kita untuk merawat kondisi fitrah ini dari ancaman perang nafsu berupa ujaran kebencian dan berita bohong yang berpotensi membuka luka bangsa yang sulit penyembuhannya," kata Sultan saat acara Halalbihalal bersama para pejabat, tokoh masyarakat, dan dunia usaha di DIY di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Jumat malam.

Menurut Sultan, ujaran kebencian belakangan ini terlebih menjelang pemilu terus menerus diproduksi oleh kalangan oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya, reproduksi ujaran kebencian serta berita bohong secara beruntun itu akan menjadi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pendek akal.

"Ujaran kebencian yang terus direproduksi akan menjadikan bangsa yang pendek akal serta bangsa yang jauh dari tujuan konstitusi," ujar Sultan.

Oleh sebab itu, dalam acara halalbihalal yang dihadiri ratusan pejabat dan tokoh masyarakat itu, Sultan mengajak agar seluruh informasi yang beredar di media sosial tidak langsung disebarkan ulang, tanpa didahului klarifikasi.

"Tabayyun menjadi penting sebagai prinsip kehati-hatian dalam mengelola media sosial, cek dan recek kebenaran berita berikut sumber beritanya," tutur Raja Keraton Ngayogyakarta ini.

Selain itu, ia juga mendorong para pemuka agama serta para pendidik agar ikut berperan dengan mengoptimalkan masjid serta lembaga pendidikan untuk mencerdaskan bangsa agar terhindar dari ujaran kebencian serta berita bohong.

Menurut Sultan, berbagai lontaran ujaran kebencian yang terus berlangsung saat ini tidak produktif serta tidak akan mempercepat pencapaian visi bangsa dan pencapaian kemajuan ekonomi negara.

"Idul Fitri adalah momentum untuk introspeksi diri bagi segenap anak bangsa yang tengah dalam suasana bangat menjelang pemilu. Jika bangsa-bangsa lain sudah menetapkan visi negaranya kapan akan tercapai, kita masih sibuk berdebat tanpa makna," kata Sultan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement