REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) telah sepakat untuk kembali menunda dua latihan militer Korean Marine Exchange Program. Pentagon mengatakan pada Jumat (22/6), penundaan ini merupakan bentuk tindak lanjut dari KTT antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di Singapura.
"Untuk mendukung pelaksanaan hasil KTT Singapura, dan setelah berkoordinasi dengan sekutu Korsel kami, Menteri (Pertahanan) Mattis telah menunda secara tak terbatas latihan-latihan tertentu," kata juru bicara Pentagon, Dana White.
"Kami akan menangguhkan (latihan militer gabungan) Freedom Guardian, bersama dengan dua latihan Korean Marine Exchange Program yang dijadwalkan akan diselenggarakan dalam tiga bulan ke depan," tambah White.
Ia mengungkapkan, Mattis telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford, dan penasihat keamanan nasional John Bolton, pada Jumat (22/6).
"Untuk mendukung perundingan diplomatik yang akan datang yang dipimpin oleh Menlu Pompeo, keputusan tambahan akan tergantung pada Korut jika terus melakukan negosiasi produktif dengan itikad baik," tambah dia.
Dalam sebuah konferensi pers setelah melakukan pertemuan dengan Kim di Singapura pada 12 Juni lalu, Trump mengumumkan ia akan menghentikan latihan militer provokatif yang telah menghabiskan banyak biaya antara AS dan Korsel. Korut telah lama mengecam latihan tersebut.
Awal pekan ini, AS dan Korsel mengatakan mereka telah sepakat untuk menunda latihan militer gabungan Freedom Guardian yang akan diselenggarakan pada Agustus mendatang. Tahun lalu, 17.500 tentara Amerika dan lebih dari 50 ribu tentara Korsel bergabung dalam latihan Freedom Guardian, meskipun latihan ini sebagian besar difokuskan pada simulasi komputer daripada latihan di lapangan.
Setiap musim semi, AS dan Korsel melakukan latihan militer Foal Eagle dan Max Thunder. Keduanya biasa diselenggarakan pada Mei.
Keputusan AS untuk menghentikan latihan militer dengan Korsel membingungkan sekutu, pejabat militer, dan anggota parlemen. Latihan tersebut dinilai telah membantu menjaga pasukan AS untuk tetap berada dalam keadaan siap di salah satu titik api paling menegangkan di dunia.