REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Cuaca yang cenderung panas saat musim kemarau di Kabupaten Semarang terus diwaspadai Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM). Bersama unsur SAR, relawan serta warga di lereng Merbabu, wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, BTNGM terus menyiagakan Masyarakat Peduli Api (MAP).
“Komponen SAR dan relawan juga terlibat aktif dalam patroli Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan,” ujar Koordinator SAR Kecamatan Getasan Agus Surolawe, Ahad (1/7).
Patroli tersebut, dilakukan dengan menyusuri zona pendakian yang selama ini menjadi jalur utama bagi aktivitas pendakian gunung Merbabu, di wilayah Kecamatan Getasan. Selama patroli ini, mereka juga melakukan edukasi kepada pendaki untuk mewaspadai risiko kebakaran hutan dan lahan sabana di jalur pendakian Merbabu.
“Misalnya memastikan perapian sudah cukup aman sebelum ditinggalkan serta tidak membuang puntung rokok sembarangan selama melakukan aktivitas pendakian,” ujarnya.
Sampai saat ini, kondisi sabana di sepanjang jalur pendakian menuju puncak Merbabu masih menghijau. Sejumlah ranting dan daun tanaman perdu juga belum mengering.
Kendati begitu, berbagai potensi kebakaran terus diwaspadai. Tak hanya yang berhubungan dengan aktivitas pendakian, namun juga yang berhubungan dengan aktivitas warga di lereng Merbabu.
“Berbagai potensi tersebut kita antisipasi karena karakter gunung Merbabu ini baik lahan sabana maupun hutannya cukup rentan terbakar pada saat musim kemarau,” katanya.
Hal ini dibenarkan oleh salah seorang relawan di basecamp Thekelan, Sigit. Menurutnya, seluruh elemen di lereng Merbabu terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan.
MPA, Masyarakat Mitra Polhut (MMP) dan sukarelawan, termasuk pengelola basecamp pendakian di wilayah Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang terus berkoordinasi serta aktif melakukan pemantauan. “Guna meningkatkan pengawasan juga telah disiapkan posko atau sekretariat untuk mengantisipasi kebakaran hutan,” katanya.