REPUBLIKA.CO.ID, SIMALUNGUN -- Pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Sumatra Utara, memasuki hari ke-14 pada Ahad (1/7) kemarin. Pada pencarian hari ke-14, Badan SAR Nasional (Basarnas) mengandalkan trawl (jaring pukat) yang ditarik KMP Sumut, dan hasilnya tetap nihil.
Basarnas sempat mempertimbangkan kembali penggunaan Remotely Operated Vehicle (ROV) untuk operasi di Danau Toba, Sumatra Utara. Alat ini kemampuannya bisa mengangkat benda di dasar air.
"Lebih besar dan berat, butuh waktu dua bulanan dilepas dan dirakit kembali," ujar Dirops Basarnas Bambang Suryo Aji, pada acara pertemuan dengan Pemkab Simalungun, Basarnas, KNKT dan PT Jasa Raharja dengan keluarga korban di Balei Harungguan Djabanten Damanik, Pamatang Raya, Ahad (1/7).
Basarnas, kata Bambang, telah meminta pendapat dari para pakar dari sejumlah negara. Hasilnya, ia mengatakan, tidak memungkinkan dilakukan mengingat waktu kejadian kapal tenggelam sudah lama.
Basarnas juga mengisyaratkan akan mengakhiri pencarian KM Sinar Bangun pada 3 Juli 2018, setelah melakukan perpanjangan sampai dua kali. Begitupun, sesuai harapan keluarga korban, Basarnas akan kembali melakukan pencarian apabila ada temuan baru.
KM Sinar Bangun 6 tenggelam dalam pelayaran dari Pelabuhan Simanindo Kabupaten Samosir ke Tiga Ras Kabupaten Simalungun pada 18 Juni 2018 pukul 17.10 WIB. Sebanyak 21 orang, termasuk juru mudi dan awak kapal selamat dari musibah, tiga meninggal dan 164 belum ditemukan.