Rabu 04 Jul 2018 07:17 WIB

Islam Mengakar di Uzbekistan

Islam membentuk kehidupan dasar masyarakat Uzbekistan sejak abad ke-8

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Muslim Uzbekistan
Foto: ddhongkong
Muslim Uzbekistan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uzbekistan merupakan salah satu negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang dikenal taat dan kuat memegang prinsip agama.

Islam memang mengakar dalam kehidupan masyarakat di negara yang berada di Asia Tengah itu.

Islam membentuk kehidupan dasar masyarakat Uzbekistan setelah diperkenalkan pada abad ke-8. Lebih dari separuh penduduk Uzbekistan adalah Muslim.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, pada 2009 jumlah Muslim di negeri ini diperkirakan 90 persen dari populasi penduduk dan sisanya menganut Kristen Ortodoks.

Namun, laporan Pew Research Center 2009 menyatakan, jumlah penduduk Muslim Uzbekistan adalah 96,3 persen dari keseluruhan populasi. Diperkirakan terdapat 93 ribu Yahudi di negara tersebut.

Umat Islam paling konservatif ditemukan di Lembah Fergana. Secara tradisional Uzbek belum sangat toleran terhadap agama-agama lain atau terhadap hak-hak perempuan.

Sebaliknya, orang-orang Asia Tengah selain Uzbekistan, dianggap sudah moderat dalam mempraktikkan Islam.

Islam tidak dipraktikkan secara terbuka di negara ini, sampai 1991 ketika Uzbe kis tan memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet. Selama era Soviet, Uzbekistan memiliki 65 masjid dan sebanyak 3.000 mullah (ulama).

Selama hampir 40 tahun, Dewan Muslim dari Asia Tengah secara resmi disetujui So viet untuk mengatur lembaga agama Islam dan melatih para ulama di wilayah itu.

Dewan Muslim ini berbasis di Tashkent. Namun, banyak pihak yang menilai organisasi ini berafiliasi dengan Partai Komunis.

Sehingga, umat Islam justru lebih menghormati mullah yang tidak terdaftar daripada yang ada secara resmi sesuai data negara. Dampaknya, umat Islam enggan aktif dalam berbagai ritual agama secara terbuka. Kendati demikian, Pemerintah Soviet memang tidak melarang praktik Islam.

Mereka memanfaatkan agama untuk menenangkan hati penduduk. Pemerintah Soviet mendorong kelanjutan peran Islam dalam masyarakat sekuler. Pemerintah Soviet memosisikan diri seolah-olah mereka mendukung Islam dan penyebarannya.

Namun, di sisi lain mereka juga berusaha memberantas umat Islam.

Pemerintah melakukan kampanye antiagama resmi dan menindak setiap gerakan Islam atau jaringan di luar kendali negara. Selain itu, banyak masjid ditutup dan selama pemerintahan Joseph Stalin, banyak umat Islam menjadi korban deportasi massal.

Pada tahun-tahun pertama setelah kemerdekaan, kebangkitan Islam sekuler terjadi di Uzbekistan. Menurut survei opini publik yang dila kukan pada 1994, minat warga Uzbek terhadap Islam berkembang pesat, tetapi pemahaman akan Islam masih terbatas atau terdistorsi.

Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pemuda Uzbek yang memeluk Islam mengalami peningkatan. Namun, pemahaman mereka terhadap Islam masih begitu lemah. Beberapa responden justru menunjukkan minat terhadap wajah Islam yang aktif dalam isu-isu politik.

Konflik tradisi Islam dengan berbagai agenda reformasi atau sekularisasi sepanjang abad ke-20 telah membuat dunia luar menjadi bingung dengan praktik Islam di Asia Tengah.

Dalam sebuah survei Departemen Nasio nal AS pada tahun 2000, sebanyak 75 per sen Muslim menginginkan Islam memainkan peran besar di Uzbekistan. Sebesar 23 persen menginginkan pemim pin agama yang aktif secara politik dan 39 persen setuju bahwa demokrasi dan hukum Islam saling berjalan beriringan.

Khazanah intelektual Meski demikian, Uzbekistan masih menyimpa khazanah intelektual bersejarah hingga kini. Di ibu kota Uzbekistan, Tashkent, terdapat salah satu peninggalan paling suci bagi umat Islam, yaitu mushaf Alquran yang konon tertua di dunia.

Mushaf ini disusun khalifah ketiga umat Islam, yaitu Utsman bin Affan.

Penyusunan Alquran ini selesai setelah 19 tahun ke matian Nabi Muhammad SAW.

Mushaf yang ditulis di atas kulit rusa tersebut disimpan dalam lemari besi kaca khusus.

Sekitar sepertiga dari fisik aslinya masih bertahan.

Keberadaan Alquran ini menjadi pengingat akan peran Asia Tengah dalam sejarah Islam. Perpustakaan tempat Alquran ini disimpan dikenal sebagai Hast-Imam.

Letaknya dekat makam seorang sarjana abad ke-10, Kaffel-Shashi. Mufti Uzbekistan, pemimpin agama tertinggi di negara itu juga memiliki kantor di sana.

Terdapat sekitar 20 ribu kitab dan 3000 manuskrip di perpustakaan ini.

Karya- karya tersebut terkait dengan sejarah Abad Pertengahan, astronomi, dan kedokteran.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement