REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan aktivitas erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, yang dipantau petugas Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi setempat akan berlanjut.
"Hal ini dikarenakan aktivitas vulkanis Gunung Agung yang terpantau melalui seismograf terus mengalami peningkatan yang terus dipantau setiap harinya oleh petugas PVMBG di gunung itu," ujarnya di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Kamis (5/7).
Berdasarkan analisis dari letusan yang terjadi selama ini, diakuinya terpantau deformasi atau pengembungan perut Gunung Agung sudah mengalami penurunan atau sangat kecil. Gunung Agung diyakini tidak mengeluarkan lontaran lava pijar disertai bebatuan yang sampai melebihi radius di luar empat kilometer dari puncak gunung tertinggi di Bali ini.
Ia menerangkan berdasarkan pemantauan petugas PVMBG Gunung Agung memang seminggu yang lalu terjadi letusan cukup panjang. Letusan itu menimbulkan lava pijar, namun sifatnya masih terbatas dan tidak menimbulkan lava panas yang mengalir kemana-mana. "Laporan terakhir yang kami terima dari petugas PVMBG Gunung Agung dan berdasarkan foto satelit, terlihat di dalam kawah lavanya masih cair. Namun, jika kondisinya mengental dan terus tekanan besar dari bawah, maka sangat berbahaya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat PVMBG Kasbani mengatakan potensi erupsi Gunung Agung masih terus berlanjut baik itu secara efusif seperti yang terjadi pada 28 Juni 2018 lalu atau erupsi eksplosif dengan skala yang rendah. "Untuk tinggi kolom abu juga relatif 2.500 meter hingga 2.800 meter dari puncak Gunung Agung dan sejauh ini tidak ada material vulkanik (abu dan batu) yang lontarannya melebihi dari radius empat kilometer," katanya.
Dari data seismograf dan data deformasi, kata dia, diketahui tidak ada tanda-tanda atau indikasi terjadinya erupsi yang lebih besar, apalagi sampai menghasilkan lava panas. "Namun, untuk potensi lava pijar masih terus terjadi saat Gunung Agung mengalami erupsi strombolian," ujarnya.
Ia menegaskan, magma di dalam kawah Gunung Agung yang terpantau dari citra satelit masih dalam kondisi encer dan gas-gasnya tidak terlalu banyak, sehingga lontarannya tidak besar. "Memang dari pengamatan di pos sering terjadi suara gemuruh dan dentuman tapi ini wajar," ujarnya. Untuk saat ini, volume material Gunung Agung di dalam kawah masih kisaran 27 juta hingga 28 juta meter kubik yang ada di dalamnya.