Jumat 06 Jul 2018 14:21 WIB

Menelisik Dukungan TGB untuk Jokowi Dua Periode

Dukungan itu dinilai sikap pribadi TGB dan bukan keputusan resmi Partai Demokrat

Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyambut Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bandara Internasional Lombok pada Kamis (19/10) sekitar pukul 16.45 Wita.
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyambut Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bandara Internasional Lombok pada Kamis (19/10) sekitar pukul 16.45 Wita.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Adinda Pryanka, Farah Noersativa, Muhammad Nursyamsi

JAKARTA -- Tiba-tiba Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mengeluarkan pernyataan yang menyedot perhatian publik. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dua periode itu menyatakan dukungannya terhadap Presiden Joko Widodo untuk kembali menjabat RI 1 untuk periode kedua.

Sontak pernyataan itu mengundang banyak tanya. Terlebih selama ini TGB dipersepsikan masyarakat sebagai bagian dari kalangan oposisi.

Pengamat Politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sujito menyebutkan tiga hal yang membuat TGB memberikan dukungannya kepada Jokowi. Pertama, keinginan TGB untuk memperjelas posisinya dalam peta politik Indonesia.

Dalam konfigurasi politik, setiap tokoh harus memiliki posisi yang jelas, termasuk dalam memberikan dukungan. Keputusan TGB untuk mendukung Jokowi memperlihatkan bahwa ia ingin memperjelas posisinya, yakni di lingkup partai pemerintah. "Gestur positioning ini hal yang biasa," ujar Arie ketika dihubungi Republika, Kamis (5/7).

Poin kedua, dukungan TGB bukan tanpa alasan. Gelombang pasang konfigurasi pencapresan Jokowi relatif besar dari daya dukung dan hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak kemarin. Mesin kefiguran Jokowi yang begitu kuat ini disinyalir menjadi alasan TGB memberinya dukungan.

Poin ketiga, Arie menambahkan, TGB pernah masuk ke bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, baik sebagai capres maupun cawapres. "Dukungan ini menjadi bagian dari upaya TGB dalam membangun image positifnya," ucap lulusan doktor Sosiologi Fisipol UGM ini.

Dukungan TGB terhadap Jokowi menjadi perbincangan mengingat partai tempatnya bernaung, Partai Demokrat, belum memiliki posisi jelas dalam Pilpres 2019. Menurut Arie, langkah TGB merupakan hal wajar mengingat tidak ada loyalitas tinggi di Demokrat.

Sejak SBY lengser dari kursi kepemimpinan, partai ini mengalami penurunan drastis dari segi loyalitas tokoh. Artinya, Demokrat sebagai partai belum kuat termasuk dalam menahan para politisinya untuk berdiam di satu partai.

Perpindahan aktor menjadi hal biasa. Ini yang kemudian membuat TGB tidak takut untuk membuat langkah mendukung Jokowi kembali memimpin pada periode 2019-2024.

Terlebih, TGB memiliki kekuatan sebagai individu. Arie melihat, TGB merupakan tokoh yang bisa dibutuhkan di partai manapun dengan modal kemampuan sebagai pemimpin maupun kepercayaan dirinya.

"Ia juga tidak besar karena Demokrat. Kalaupun ditegur Demokrat, ia memiliki kemungkinan besar untuk dipinang partai besar lain," ujarnya.

 

photo
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB)

Stigma oposisi

Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahuddin mengatakan selama ini masyarakat telanjur menempatkan TGB sebagai pihak yang beroposisi dengan Jokowi. Dengan alasan itu, ia mengatakan, TGB ingin memperjelas posisinya.

"Bisa dilihat dari berbagai status dan komentar masyarakat di sejumlah medsos. Mereka pada intinya beranggapan bahwa TGB adalah bagian dari kelompok oposisi pemerintah," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id.

Said mengatakan selama ini, TGB dipandang sebagai tokoh yang berada dalam gerbong ulama. Bahkan, TGB ikut serta dalam Aksi 411 dan mendukung Aksi 212. "Dukungan terhadap aksi massa terbesar itu, yang membuat sebagian masyarakat memposisikan TGB sebagai orang yang anti-Jokowi,” kata dia.

Padahal, ia berpendapat, TGB tidak pernah memosisikan dirinya sebagai lawan Jokowi. Selama menjabat sebagai gubernur NTB pada masa pemerintahan sekarang, Said mengaku belum menemukan ada pandangan TGB yang katakanlah bersifat menyerang Jokowi.

"Kalau sekadar berbeda, itu tidak bisa dijadikan ukuran. Sebab Jokowi pun seringkali beda dengan menteri-menterinya, bahkan dengan Wakil Presiden sekalipun,” kata Said.

Selain itu, Said berpendapat, TGB bukan anggota partai-partai yang selama ini sering disebut kelompok oposisi. TGB, kata dia, bukan anggota Partai Gerindra, PKS, ataupun PAN. Dia melanjutkan, TGB adalah Anggota Partai Demokrat yang juga belum cukup syarat dan kriteria untuk digolongkan sebagai oposisi.

Said juga berpendapat dukungan TGB terhadap Jokowi belum bisa dinilai mengubah sikap politik. “Disebut berubah itu kan kalau dulu ia memilih A, sekarang dia memilih B. Dulu dia menentang, kini mendukung. Itu baru bisa disebut berubah,” ujar Said.

 

Ketika dikonfirmasi Republika, TGB menjelaskan alasan dukungannya bagi Jokowi. Ia mengaku dukungannya ini dilandaskan berdasadkan sejumlah pertimbangan. "Semata karena pertimbangan maslahat bangsa, umat, dan akal sehat agar pembangunan yang tengah berjalan di seluruh penjuru bisa dituntaskan dengan maksimal sesuai hajat masyarakat," ujar TGB.

TGB menilai proses pembangunan membutuhkan waktu yang tidak singkat. "Pengalaman saya di NTB, tidak cukup satu periode untuk menuntaskan tugas-tugas besar membangun daerah, apalagi membangun Indonesia yang sangat luas dan kompleks ini," ungkap TGB.

Lantas bagaimana sikap Partai Demokrat? Ketua Divisi Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan, dukungan TGB terhadap Jokowi adalah hal biasa. Kendati demikian, ia memastikan, dukungan itu merupakan sikap pribadi TGB dan bukan keputusan resmi dari Partai Demokrat, tempat TGB bernaung.

Ferdinand menuturkan, tidak ada yang seharusnya dikomentari terkait dukungan TGB terhadap Jokowi. Sebab, dalam dunia politik, sikap yang dilakukan TGB sudah lumrah dilakukan siapapun. "Dukung mendukung itu hal biasa," ujarnya.

Ferdinand mengatakan, Demokrat belum mengambil keputusan terkait koalisi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Terkait sikap Demokrat ke depannya, ia menjelaskan, akan dipastikan lagi di kemudian hari.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement