REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan, ledakan bom yang terjadi di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (5/7) bukanlah serangan teror. Menurutnya, ledakan tersebut hanya ledakan dari bahan peledak berdaya rendah.
"Intinya hasil dari penyidikan kita bahwa itu adalah ledakan kecil ledakan kecil bukan ledakan besar jangan disamakan dengan kasus Surabaya," kata Tito di Tangerang Selatan, Jumat (6/7).
Ledakan kecil itu, kata Tito, dari hasil forensik diketahui berasal dari bahan campuran mercon atau petasan. Sehingga, dampak ledakannya tidak begitu dirasakan.
"Kira-kira begitu kalau mercon itu dibungkus pakai kertas ledak suaranya saja, kalau ini dia dibungkus dengan logam," kata dia menjelaskan.
Peledak semacam ini, menurut dia, biasa digunakan untuk perburuan ikan secara ilegal dengan cara bom ikan di daerah Jawa Timur, Madura sampai Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur. Namun, pelaku teror juga kerap menggunakan bahan peledak ini.
"Dari peristiwa ini,ini peristiwa meledak sendiri, bukan serangan teror bedakan, kalau serangan teror itu bom dibawa menuju target. Ini tidak, bom lagi di rumah sendiri dimainin anak, meledak," kata mantan Kapolda Metro Jaya ini.
Polri menyebut pelaku pengeboman, Anwardi di Pasuruan, Jawa Timur, pada Kamis (5/7) kemarin tergabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). JAD merupakan kelompok yang belakangan kerap menjadi dalang aksi terorisme di Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat.
"Dapat diduga terduga pelaku masuk jaringan JAD, walaupun dia berbaiat pada ISIS, tapi keseharian dan alat bukti terduga pelaku masuk dalam jaringan JAD," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal, Jumat (6/7).
Iqbal menuturkan, Anwardi merupakan narapidana Terorisme. Pada 2010, ia sempat terlinat bom sepeda Kalimalamg dan dipenjara di Lembaga Permasyarakatan Cipinang, Jakarta selama lima tahun. Di dalam lapas, pelaku diketahui kerap berkomunikasi dengan narapidana terorisme (napiter) lainnya.
"Kesehariannya terduga pelaku dr alat bukti yg ditemukan dan berbagai alat bukti digital bergaul intim dengan rekan napiternya dalam suatu pengajian," kata Iqbal menjelaskan.
Ledakan terjadi di Jalan Pepaya RT 01/01 Pogar, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis siang sekitar pukul 11.30 WIB. Dari informasi yang dihimpun ledakan bom yang terjadi di Bangil berasal dari rumah yang dikontrak Anwardi (sebelumnya dikenal Abdullah) warga Banten yang sudah menyewa selama satu setengah tahun.
Abdullah tinggal bersama istrinya Dina Rohana dan anak laki-lakinya. Usai bom meledak, Anwardi alias Abdullah melarikan diri.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Machfud Arifin mengungkapkan kondisi terkini anak terduga teroris Pasuruan yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan. Menurutnya si anak mengalami rasa sakit yang luar biasa, karena menderita luka bakar di bagian wajah, dan ada beberapa robekan di bagian kaki.
"Tentunya kesakitan yang luar biasa. Mukanya terbakar, terus kemudian beberapa bagian seperti kaki robek-robek. Semuanya ditangani oleh dokter rumah sakit yang ada di RS Bhayangkara ini," kata Machfud di Surabaya, Jumat (6/7).
Akibat rasa sakit tersebut, lanjut Machfud, si anak terus menangis. "Nangis sakit mukanya. Adiknya nangis saja. Baru bangun tidur kesakitan nangis," ujar Machfud.
Machfud menjanjikan pihaknya akan memberikan pengobatan secara tuntas kepada anak yang menjadi korban tersebut. Baik kesembuhan secara fisik maupun psikis. Itu tak lain karena Machfur merasa harus ikut bertanggung jawab, mengingat usia anak yang masih sangat kecil.
"Pokoknya kita buat sampai sembuh yang bersangkutan ini. Psikisnya, fisiknya, tentunya harus kita juga ikut bertanggung jawab mengobati. Masih kecil lah masih belum tahu apa-apa, kurang dari tiga tahun," kata Machfud.