REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik Rocky Gerung mengkritik politik di panggung nasional yang kini hanya berpusat pada angka-angka. Dia mengatakan atmosfer politik di Indonesia dibuat seolah-olah yang terpenting adalah elektabilitas, dengan mengesampingkan intelektualitas.
Rocky mengatakan masyarakat seolah diajak fokus pada hasil survei dan statistik tentang popularitas seorang tokoh. Padahal, lanjutnya, esensi politik yang terpenting adalah gagasan-gagasan tentang sistem pemerintahan yang bisa menyejahterakan masyarakat.
"Setiap kali kita masuk diskusi politik di Jakarta selalu berkaitan dengan elektabilitas, sesuatu yang kuantitatif," kata Rocky dalam diskusi di Kota Padang, Senin (9/7).
Ia mengatakan masyarakat Indonesia juga seolah ditakut-takuti oleh goyangnya stabilitas politik dengan slogan 'NKRI harga mati'. Alhasil, masyarakat melupakan isu-isu esensial yang dapat berimbas buruk.
Dia mengatakan perhatian pemimpin saat ini lebih banyak dicurahkan untuk kepentingan elektabilitas ketimbang isu perang dagang Amerika Serikat (AS)-Cina. "Perlu diingat bahwa politik hari ini dibuat cemas oleh pertentangan super power. Nah, di sini (Indonesia) disibukkan dengan elektabilitas," ujar Rocky.
Padahal, ia mengatakan, isu perang dagang antara kedua negara itu dapat mendatangkan imbas yang mengancam Indonesia. Karena itu, ia mengingatkan pemerintah agar tak abai terhadap isu esensial skala global, seperti pertentangan super power antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.
"Coba kalau ada konflik di laut Cina Selatan, yang dimulai dari nuklir lantas perang dagang AS-Cina. Kalau ada perang di Laut Cina Selatan, Indonesia tahan berapa lama? Jalur perdagangan ditutup. Kita masih bertahan pada impor, daya tahan kita palsu. Embargo senjata, selesai," katanya.