REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan peserta perwakilan dari Ormas Islam mengikuti kegiatan Silaturrahim dan Dialog Dialog Kebangsaan Bersama Menteri Agama di Jakarta pada Rabu (11/7). Dalam acara ini, ormas Islam membahas tentang berbagai macam isu kegamaan dan kebangsaan untuk memperkuat dakwah Islam rahmatal lil alamin.
Dialog ini dimoderatori oleh Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis. Acara tersebut menghadirkan pembicara Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Ketum MUI KH Ma'ruf Amin, Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud, serta Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hubungan Antar Agama dan Peradaban, Prof Syafiq A Mughni.
Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag), Khoiruddin mengatakan, setidaknya ada 150 perwakilan ormas Islam yang mengikuti kegiatan tersebut, termasuk pengurus MUI yang ada di 34 provinsi. "Alhamdulillah, dialog kebangsaan dan silaturrahim ini dihadiri oleh 83 ormas Islam tingkat pusat, ditambah dengan utusan-utusan organisasi dari 34 provinsi, pengurus-pengurus MUI, ada yang Muhamamdiyah, ada juga yang Nahdlatul Ulama dan lainnya," ujar Khoiruddin saat ditemui usai dialog.
Seperti yang disampaikan para pembicara, kata dia, semua elemen kebangsaan sudah sepakat bahwa tidak ada lagi perbedaan antara kebangsaan dan keislaman. Sehingga dalam berdakwah keduanya tidak perlu dipertentangkan. Menurut dia, hal ini nantinya akan menjadi bagian dari hasil rekomendasi yang akan dirumuskan bersama.
"Tujuan dialog ini sebenarnya untuk menyamakan persepsi tentang masalah isu-isu aktual yang terjadi pada akhir-akhir ini juga terkait mengenai masalah perkembangan dakwah rahmatal lil alamin," katanya.
Sementara itu, Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa mengurus ormas Islam memang tidak mudah lantaran masih banyak keterbatasan. Seperti dana atau sarana dan prasarana. Karena itu, dia menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada para peserta yang selama ini telah mengurus ormas Islam di Indonesia.
Lukman juga berharap agar perbedaan dalam persoalan agama di Indonesia tidak diperalat atau dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu yang memang ingin membenturkan antar ormas Islam, sehingga tidak terjadi konflik horizontal. "Karena, pengalaman di beberapa negara, itu juga banyak studinya, persoalan konflik horizotal yang terjadi di sejumlah negara sahabat kita, itu juga diawali dari persoalan ikhtilafi, persoalan yang tidak prinsipil terkait persoalan agama," jelas Lukman.