REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Menteri Dalam Negeri Yaman Ahmed al-Maysari menuntut penjara informal milik Uni Emirat Arab di negara yang dilanda perang segera ditutup.
Kantor berita resmi SABA mengatakan pada Rabu (11/7), Al-Maysari menyatakan keprihatinan atas pengawasan Emirat terhadap penjara. Ia membuat permintaan penutupan penjara selama pembicaraan yang diadakan di Aden pada Senin (9/7) dengan Reem al-Hashemi, Menteri Uni Emirat Arab untuk kerja sama internasional,
Hal itu merupakan pertama kalinya Al-Maysari mengangkat masalah tersebut dengan seorang pejabat senior Emirat. Pertemuan itu juga dihadiri oleh komandan militer UEA di Yaman, Brigjen Mohammed al-Hassani.
Penyelidikan oleh Associated Press pada awal Juni menemukan bahwa ratusan pria Yaman masuk ke dalam jaringan penjara dengan dugaan sebagai pejuang Al-Qaeda atau ISIL. Kantor berita itu mengatakan para tahanan ditahan tanpa tuduhan atau pengadilan. Menurut laporan AP, penjaga Yaman yang bekerja di bawah arahan perwira Emirat menggunakan berbagai metode penyiksaan dan penghinaan seksual.
Para penjaga diduga memperkosa para tahanan sementara yang lain memfilmkan alat kelamin tahanan dengan cara yang kejam. Menteri negara UEA untuk urusan luar negeri, Anwar Gargash yang diberhentikan pada Ahad melaporkan bahwa negaranya mengontrol penjara atau mendirikan pangkalan di pulau Socotra Yaman sebagai berita palsu.
Dalam perang sipil tiga tahun Yaman, pasukan UEA yang konon berperang atas nama pemerintah Yaman telah mengambil alih wilayah yang luas dan kota-kota di selatan.
Perang Yaman dimulai pada 2015, setelah pemberontak Houthi yang didukung Iran mengambil alih sebagian besar Yaman utara, termasuk ibu kota, Sanaa, dan mengusir pemerintah Abd Rabbu Mansour al-Hadi. Aliansi Saudi-UEA, yang dipersenjatai dan didukung oleh Amerika Serikat, telah berusaha untuk membom para pemberontak ke dalam penyerahan dengan kampanye udara tanpa henti untuk mendukung pemerintah Hadi, dilansir Aljazirah.