REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai mesin politik PKS akan memberikan kontribusi yang besar dalam memenangkan Pilpres 2019 bersama parpol koalisi. Kuatnya mesin politik partai ini amat terlihat dari hasil Pilgub Jabar meski pada akhirnya pasangan yang diusung PKS bersama Gerindra dan PAN kalah.
"Kalahnya dengan kepala tegak. Karena semua memperkirakan (suara pasangan Asyik) paling tinggi 7 persen. Tapi dengan kerja keras bisa mencapai 28-29 persen hasilnya. Naik 21 poin, tinggi sekali," ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (12/7).
Mardani menyebutkan, usaha untuk meningkatkan suara dukungan di Pilgub Jabar dilakukan selama dua pekan menjelang hari pencoblosan. Mengacu kondisi itulah, suara dukungan untuk mengganti presiden di Pilpres 2019 tentu akan besar sekali karena upayanya telah dimulai sejak sekarang.
Baca juga, Tokoh Gerakan #2019GantiPresiden Berjumlah Ratusan Orang.
"Nah (usaha meningkatkan suara dukungan di Pilgub Jabar) itu kan dilakukan pada 14 hari terakhir (jelang pencoblosan). Bayangkan, untuk 2019 nanti, kita sudah persiapkan dari awal. Gelombangnya akan sangat besar," ungkap Mardani.
Meski demikian, Mardani melanjutkan, kekalahan PKS di Pilgub Jabar memang menjadi pelajaran yang berarti. "Tapi di samping pelajaran, PKS juga bahagia, karena hasilnya menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan itu tepat, mesin partainya bekerja keras, dan sambutan dari Habib dan ulamanya tinggi," katanya.
Tak hanya di Jabar, bagi Mardani, pasangan yang diusung PKS di Pilgub Jawa Tengah dan Pilgub DKI Jakarta bersama parpol koalisi, juga memberikan hasil yang mencengangkan. Kondisi ini membuatnya makin optimistis terkait adanya pergantian presiden pada 2019.
"Insya Allah bisa menang dan itu sudah terbukti di DKI, naik suara di Jawa Barat, dan suara mencengangkan di Jawa Tengah," jelasnya.
Mantan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sebelumnya mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi di Pilkada Jabar, isu ganti presiden 2019 mempengaruhi perolehan suaranya bersama Uu Ruzhanul Ulum. Namun, ia mengatakan, pengaruh untuk pasangan berjuluk Rindu ini tidak sebesar dampak pada pasangan calon nomor empat, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.
"Isu ganti presiden itu rada kenceng di Jawa Barat. Kami juga terkena dampaknya, tetapi tidak sebesar dampak yang nomor 4 mungkin ya, ini kami kan posisi kami kokoh dan kuat," katanya sebelum bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di DPP PKB, Jakarta, Rabu (4/7).
Ia menambahkan, isu ganti presiden membuat pemilih di Jabar menghubung-hubungkan antara pilkada dan pilpres. Padahal, ia mengatakan, seharusnya hal itu tidak boleh dilakukan.