REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- AC Milan kembali disibukkan untuk membenahi manajemen tim. I Rossoneri baru tahun lalu diisi pengurus baru setelah berpindah tangan dari Silvio Berlusconi ke pengusaha Cina Yong Hong Li.
Kini Li kesulitan dalam melunasi utang pembelian Milan kepada kelompok pengusaha Amerika Serikat Elliot Manajemen. Sehingga pada akhirnya kepemilikan Milan jatuh kepada Elliot.
Elliot ingin merombak direksi Milan agar bisa bekerja efektif untuk mengembalikan kejayaan klub yang melempem selama tujuh tahun terakhir. Elliot berencana melengserkan kursi CEO yang dipegang Marco Fassone dan Direktur Olahraga Massimiliano Mirabelli.
Salah satu yang diincar Elliot untuk mengisi Direktur Olahraga adalah Leonardo de Araujo. Mantan pemain AC Milan yang sempat menjabat direktur teknik di era Silvio Berlusconi. Leonardo juga pernah menjadi pelatih AC Milan di tahun 2009 sampai 2010 lalu.
Sebenarnya orang yang paling diinginkan Elliot untuk menjadi pejabat penting Milan adalah legenda Paulo Maldini. Tapi eks kapten Milan itu menolak karena merasa jabatan yang ditawarkan kepadanya kurang membuat dirinya leluasa untuk mengurus Il Diavolo Rosso.
"Elliot melirik Leonardo karena baru saja ditolak oleh Maldini," tulis Football Italia, dikutip pada Jumat (13/7).
Leonardo dinilai lebih punya nilai dibandingkan Maldini. Selain pernah menjadi pelatih dan direktur Milan, pria asal Brasil itu juga pernah menjadi direktur di Paris Saint Germain. Pengalaman itu disebut sangat berharga untuk membuat kemampuan Leo semakin matang dalam urusan manajemen.
Sky Sport Italia juga menyebut Milan tidak langsung akan melepas Fassone dan Mirabelli. Keduanya tetap menjadi pejabat di Milan, tapi dalam ruang lingkup yang tidak besar. Karena keduanya dinilai gagal selama setahun pertama membenahi Milan.
Duet Fassone-Mirabelli membuat Milan terancam sanksi UEFA karena tak cerdik membeli pemain musim lalu. Belanja jor-joran keduanya menggunakan uang Mr Li membuat Milan terkena hukuman /financial fairplay. Sanksi Milan adalah dilarang tampil di kompetisi Eropa selama dua tahun ke depan.