Senin 16 Jul 2018 13:49 WIB

PKS akan Tolak Keputusan Cawapres dari Partai Lain

Komunikasi PKS dan Gerindra saat ini diklaim berada dalam satu arah.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Andri Saubani
Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri)  pada perayaan ulang tahun PKS di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) pada perayaan ulang tahun PKS di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Pencapresan DPP PKS Suhud Alynudin memastikan PKS akan terus mendorong kadernya menduduki posisi cawapres pada Pilpres 2019 dalam koalisi bersama Gerindra. PKS tidak akan menerima keputusan untuk mengambil cawapres dari luar PKS.

Suhud mengatakan, komunikasi politik antara PKS dengan Gerindra saat ini tetap berada dalam satu arah. Yakni, mencari formula formasi capres-cawapres terbaik untuk melawan capres pejawat, Joko Widodo (Jokowi).

"Apabila koalisi yang terbentuk hanya melibatkan PKS-Gerindra, maka sudah sepatutnya cawapres dari PKS," ujarnya ketika dihubungi Republika, Senin (16/7).

Suhud menjelaskan, jika koalisi hanya PKS-Gerindra, PKS ikut fatsun politik Prabowo sebagai capres dan cawapres dari kader PKS. Mereka akan menolak keras apabila cawapres tidak dari kader PKS. Terlebih, saat pertemuan terakhir dengan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jusri, Prabowo sudah menyatakan akan mengambil cawapres dari PKS.

Menurut Suhud, capres dari Gerindra dan cawapres dari PKS merupakan skenario mutlak yang tidak bisa dipinggirkan begitu saja. Tapi, apabila memang nantinya ada partai lain yang ikut bergabung dalam koalisi, kemungkinan diskusi memilih sosok cawapres lain tetap terbuka.

"Soal itu, dibutuhkan pembahasan serius lagi untuk mencari figur yang dapat disepakati semua pihak," ujarnya.

 

Dorongan PKS agar kadernya menjadi cawapres dinilai Suhud bukan tanpa alasan jelas. PKS sudah menjadikan Gerindra dan Prabowo sebagai opsi pertama dalam koalisi pilpres 2019 mengingat kerja sama yang terjalin sudah cukup lama.

Sejak pPilpres 2014, PKS merupakan satu-satunya partai pendukung Prabowo yang masih bertahan dengan Gerindra. Pilkada Jawa Barat kemarin juga menjadi bentuk kesetiaan, di mana PKS menarik dukungan terhadap Deddy Mizwar dan memilih Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang didukung Gerindra.

"Ini menjadi bentuk kesetiaan dan komitmen PKS untuk hadapi Pilpres bersama Gerindra," ucapnya.

PKS sendiri sudah menyodorkan nama kadernya kepada Prabowo sejak lama. Dari hasil musyawarah Majelis Syuro, terdapat sembilan nama yang diajukan. Mereka adalah Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Salim Segaf Al-Jufri, Tifatul Sembiring, Muzzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.

Suhud optimistis, keinginan PKS untuk menempatkan kader sebagai cawapres berjalan beriringan dengan keinginan Gerindra. Sebab, Gerindra sudah mengerecutkan tiga dari sembilan nama tersebut. Yakni, Sohibul Iman, Salim Segaf dan Ahmad Heryawan (Aher).

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarif Hasan menegaskan, partainya tetap menginginkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon wakil presiden (cawapres) dalam koalisi Gerindra, PKS dan PAN. Syarif mengatakan, jika AHY tak dipilih sebagai cawapres, bukan tidak mungkin Demokrat akan meninggalkan koalisi.

"Kita maunya AHY sebagai cawapres.  Karena memang elektabilitasnya dia paling tinggi sebagai cawapres. Kalau elektabilitiasnya tinggi votersnya banyak. Pendukungnya banyak," ungkap Syarif saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (15/7).

Syarif melanjutkan, AHY merupakan sosok yang dapat menggaet massa, terutama massa millennial. Namun, dia menekankan, para pendukung Demokrat saat ini, memang merupakan pendukung AHY. "Ya tentunya hampir semua pendukungnya memang millenial. Mayoritas ini pendukung memang mendukung AHY," ujarnya.

Dia menyebut saat ini pihaknya masih terus intensif berkomunikasi dengan dua partai yang akan berkoalisi, yakni Partai Gerindra dan PAN. Menurutnya, kedua partai tersebut memang mengharapkan Demokrat untuk bergabung bersama ke dalam koalisi.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement