Rabu 18 Jul 2018 13:19 WIB

Zulhas: Banyak Kader PAN Diimingi Uang untuk Ganti Partai

Banyak kader PAN yang berganti partai lantaran diiming-imingi uang

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan memberikan keterangan didampingi Ketua Bawaslu RI Abhan dan Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno di Kantor DPP PAN, di Jakarta, Kamis (5/7).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan memberikan keterangan didampingi Ketua Bawaslu RI Abhan dan Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno di Kantor DPP PAN, di Jakarta, Kamis (5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menilai manuver sejumlah calon anggota legislatif di Pemilihan Legislatif 2019 layaknya transfer pemain bola. Hal ini disebabkan banyaknya kader PAN yang berganti partai saat pendaftaran caleg.

"Katanya caleg-caleg sekarang sudah kayak pemain bola itu, transfer pemain," ujar Zulkifli di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (18/7).

Menurut Zulkifli, itu karena banyak kader PAN yang berganti partai lantaran diiming-imingi uang. Itu juga salah satu alasan kader PAN Lucky Hakim pindah nyaleg dari Partai Nasdem.

"PAN sendiri ya karena di PAW ada, namanya Lucky pindah. Kalau Lucky transfer. Rp 2 miliar dari Rp5 miliar sudah terima. Rp5 miliar tapi baru terima Rp2 miliar, dia sms ke saya. Selain karena PAW ya," ujar Zulkifli.

(Baca: Prabowo Temui Zulhas dan Berencana Temui SBY)

Namun Zulhas, enggan mengkonfirmasi apakah Partai Nasdem menjanjikan hal tersebut kepada kader lainnya.

"Enggak tahu, pokoknya dia bilang ada lah. Ada transfernya," ujar Zul.

Karenanya ia mempersoalkan jika manuver politik diukur dengan uang. Hal itu akan berdampak pada politik ke depan

"Kalau semua diukur pakai uang, kalau Pilbup uang, Pilgub uang, pilihan DPR uang, pilihan apa-apa uang semua uang ya saya kira kehancuran akan datang. Pasti korupsi merajalela, tidak mungkin akan berdaulat," ujarnya.

Meski begitu, Ketua MPR itu enggan mempersoalkan partai yang bermanuver mengambil caleg yang sudah mempunyai suara dari partai lain. Zulhas menyebut, itu bagian dari risiko politik tarung bebas.

"Itu risiko tarung bebas. Kalau pancasila itu musyawarah perwakilan, ini tarung bebas. Ini lebih liberal dari asalnya sana. Ini risikonya. tentu nanti buahnya kalau tidak ditata, tidak diatur, betapapun kerasnya KPK, akhirnya ya tetap akan semakin banyak yang kena OTT," kata dia

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement