REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Malaysia bekerja sama melestarikan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) untuk mencegah kepunahan spesies tersebut. Kerja sama konservasi badak sumatra itu akan menjadi salah satu topik pembahasan dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menlu Malaysia Saifuddin Abdullah.
Direktur Kerja sama Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Denny Abdi mengatakan pertemuan bilateral antara Menlu RI dan Menlu Malaysia itu akan berlangsung di Jakarta pada Senin (23/7). "Malaysia hanya memiliki dua badak yang hidup, sementara Indonesia masih memiliki beberapa badak, meskipun populasi mereka menurun," kata Denny, Rabu (18/7).
Menurut dia, tantangan yang dihadapi dalam melestarikan badak sumatra adalah di bidang teknologi, sehingga kedua negara sepakat mempekerjakan ahli dari Jerman dan Amerika Serikat untuk menemukan terobosan. Kedua negara ingin badak bercula dua Asia dapat berkembang biak secara alami.
"Para ahli bekerja bersama. Indonesia memiliki pusat konservasi di Lampung, sementara Malaysia memiliki konservasi di Sabah," ujar Denny.
Namun, pemerintah Malaysia dan Indonesia masih membahas mengenai pendekatan yang berbeda oleh kedua negara dalam upaya pelestarian badak sumatra. Indonesia lebih fokus pada pengembangbiakan secara alami, sementara Malaysia sekarang lebih memprioritaskan pada penggunaan teknologi tinggi, yakni pembuahan in vitro (in vitro fertilisation/IVF), atau sering disebut bayi tabung.