REPUBLIKA.CO.ID, PDI Perjuangan (PDIP) semakin terbuka dalam mengungkapkan alasan dibalik perekrutan Kapitra Ampera sebagai bakal calon anggota legislatif (caleg) partai berlambang kepala banteng itu. Kapitra kini diambang bergabung dengan partai yang dulu mendukung terpidana kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilkada DKI Jakarta.
Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno, Jumat (20/7), mengatakan, upaya rekrutmen bakal caleg partainya kali ini diperluas. Termasuk salah satunya dengan menggandeng Kapitra yang selama ini aktif dalam gerakan Persaudaraan Alumni (PA) 212.
"Itu upaya PDIP memperluas basis elektoralnya," kata Hendrawan kepada Republika.co.id, Jumat (20/7).
Selain itu, kata dia, perekrutan Kapitra sekaligus untuk memperkecil kesalahpahaman yang sering tumbuh dan kambuh. Terutama, sambungnya, terhadap ideologi dan kiprah partai berlambang banteng ini.
"Tiga pilar jati diri dan karakter kami adalah cinta Tanah Air, cinta keadilan, dan cinta rakyat kecil. Kami yakini tiga hal tersebut juga merupakan titah iman semua agama," ujarnya menjelaskan.
Oleh karena itu, masih menurut dia, bukan hanya Kapitra, PDIP juga menjaring banyak tokoh-tokoh baru. Seperti diketahui, dalam daftar caleg 2019 ini ada juga beberapa artis yang ikut mencalonkan diri, di antaranya Krisdayanti, Cica Koeswoyo, dan Ian Kasela.
Selain itu, ada penyanyi senior Iis Sugianto, Harvey Malaiholo, dan Lita Zein juga maju sebagai caleg DPR dari PDIP. Selain figur musisi kawakan di atas, PDIP juga mendaftarkan sejumlah aktris peran sebagai caleg DPR. Beberapa di antaranya yakni Kirana Larasati dan Angel Karamoy.
Ditanyakan alasan mendaftarkan Kapitra dari Dapil Riau, Handrawan menjawab, itu karena hasil asesmen PDIP. PDIP juga percaya Kapitra akan memperoleh suara besar untuk bisa maju ke DPR RI.
"Mudah-mudahan yang bersangkutan bisa meraup suara besar untuk ke Senayan. Nama besar dan populer tidak otomatis dipilih rakyat apabila tidak dekat dan sering turun ke konstituen," ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengakui, partainya tengah membangun jati dirinya sebagai tuan rumah kebangsaan untuk Indonesia Raya. Untuk tujuan itu, PDIP terbuka kepada seluruh anak bangsa. PDIP berdialog dengan seluruh komponen untuk membangun jembatan kebangsaan.
"Dialog itu pun kami lakukan dengan baik, sehingga seluruh persoalan bangsa dan negara dapat diselesaikan dengan musyawarah dan dialog, dan jembatan itulah yang dibangun oleh PDIP saat ini. Dan seluruh komponen masyarakat apa pun setiap warga negara, apapun dukungan politiknya, mereka adalah warga bangsa yang harus diajak berdialog sesuai dengan kepemimpinan pak Jokowi," tuturnya.
Hasto juga menegaskan, partainya tidak khawatir jika nanti Kapitra menjadi caleg dari PDIP yang dianggap memiliki ideologi berbeda dengan partai yang dipimpinan Megawati Soekarnoputri itu. Menurut Hasto, PDIP mempunyai platform ideologi Pancasila yang merupakan ideologi bersama semua anak bangsa.
"Pancasila menjadi pandangan hidup bangsa jiwa dan kepribadian bangsa dan setiap warga negara punya komitmen untuk itu, itu yang mendasari buat kami untuk melakukan dialog," jelasnya.
Saat Hasto mengonfirmasi bahwa ada nama Kapitra dalam daftar caleg PDIP yang didaftarkan ke KPU, tak salah jika publik terkejut. Kapitra bisa dibilang adalah tokoh yang selama ini 'berseberangan' dengan PDIP.
"Kalau agama saya terganggu, hari ini dilantik (caleg PDIP) sore saya dipecat saya siap." Kapitra Ampera
Kapitra adalah mantan pengacara Habib Rizieq. Dia juga adalah aktivis Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang gerakannya dahulu kencang mendorong Ahok dipenjara atas kasus penistaan agama.
Namun, Kapitra menegaskan, dengan menjadi caleg atau anggota DPR dari PDIP bukan berarti menjadikannya seorang kafir, murtad, dan munafik. Pandangan soal PDIP yang anti- Islam, menurutnya, harus dikoreksi oleh masyarakat. Termasuk justifikasi stigma PDIP anti-Islam dan tidak menyuarakan aspirasi umat Islam.
Justifikasi stigma semacam itu, menurut Kapitra, salah besar. Karena, menurutnya, masih banyak umat Islam yang bergabung dalam struktur kepengurusan di PDIP dan banyak umat Islam yang juga memilih PDIP.
Oleh karena itu, Kapitra tidak terima bila disebut 'berpindah haluan' karena setuju menjadi calon anggota legislatif dari PDIP. Ia menegaskan, akan tetap memiliki tujuan yang sama, yakni membela kehormatan agama Islam dan menyerap aspirasi umat Islam dalam kondisi apa pun dan di manapun.
"Kalau agama saya terganggu, hari ini dilantik (caleg PDIP) sore saya dipecat saya siap," ujar Kapitra kepada wartawan, Rabu (18/7).
- Jadi Caleg PDIP, Apakah Kapitra Kemudian Menjadi 'Cebong'?
- Kapitra Kecewa tak Ada Partai Jadikan Habib Rizieq Capres
- PA 212: Kapitra Sudah Bukan Lagi Anggota GNPF Ulama
Respons PA 212
Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Slamet Maarif menilai, alasan Kapitra bergabung dengan PDIP sebagai caleg tidak rasional. Sebab, menurutnya, Kapitra seharusnya bergabung dengan parpol yang selama ini tergabung dalam Koalisi Keumatan.
"Jadi bukannya bergabung dengan musuh, ini rasionalnya enggak ketemu," kata Slamet, Jumat (20/7).
Slamet juga menyinggung keinginan Kapitra mewarnai PDIP dengan nilai-nilai keagamaan yang baik. Slamet memberikan perumpamaan, jika ada kolam berwarna merah, secangkir gelas air susu tidak akan mampu memutihkan kolam tersebut.
"Sangat enggak rasional makanya. Yang ada pasti warna susunya akan terbawa warna merah. Kecuali Kapitra bisa ambil kolamnya, itu rasional. Artinya kalau mau berjuang betul, jangan jadi caleg, itu hanya secangkir dari kolam yang begitu besar. Kalau mau berjuang, ambil PDIP-nya, jadi ketumnya, sekjennya. Itu rasional," katanya.
Slamet menegaskan, PA 212 tidak bersedia dengan orang yang 'bermain dua kaki'. Sehingga, ia mempersilakan Kapitra berlabuh ke kapal sebelah, PDIP.
"Anda keluar dari kapal kami dan secara politik Anda menjadi lawan politik kami. Kita enggak dendam, cuma, ketika berjuang, kita harus punya garis yang jelas," kata Slamet, menegaskan.