Selasa 24 Jul 2018 18:23 WIB

Keluhuran Pekerti Safanah

Kebaikan hati Rasulullah mengetuk hatinya.

Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu saat, sebuah dialog terjadi antara seorang anak perempuan dan ayahnya. Percakapan ini berlangsung setelah sang anak menghibahkan unta pemberian ayahnya kepada orang lain. “Wahai putriku, bila dua orang yang mulia berkumpul menguasai harta maka niscaya akan cepat habis. Bagaimana bila harta itu saya pegang dan kamu berdiam diri atau kamu yang pegang hingga tak tersisa apa pun?” kata sang ayah.

Dengan penuh santun dan kedewasaan, anak perempuan itu menjawab, “Saya tidak berkenan memegang harta.” Ayahandanya menimpali serupa. Keduanya sepakat tidak ingin mendominasi pengelolaan harta. Akhirnya, mereka mufakat untuk membagi rata. Semuanya berjalan wajar dan harta mereka dikelola secara proporsional.

Perbincangan itu merupakan penggalan dialog antara Hatim ath-Thai dan putrinya, Safanah. Baik ayah ataupun putrinya sama-sama dikenal dermawan dan berhati emas. Mengingatkan pada sebuah pepatah,  yaitu buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Perangai anak sedikit banyak akan terpengaruh dengan tabiat dan karakter orang tua. Berapapun kadarnya, kebaikan ataupun keburukan seseorang bisa dari perilaku ayah atau pun ibunya. Ini setidaknya juga terbukti sepanjang sejarah hidup manusia.

Safanah lahir dari keluarga pembesar suku Thai. Garis keturunannya dikenal dengan keluarga ningrat. Ia memiliki nama lengkap Safanah binti Hatim bin Abdullah bin Sa'ad bin al Hasyraj bin Imri' al-Qais bin Addi bin Akhzam bin Rabiah bin Jarwal bin Tsa'al bin Amar bin al-Ghauts bin Tha' ath-Thai.