REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah dirilis dan bisa diakses bebas oleh publik. Dengan adanya hasil survei itu, KPI berharap masyarakat lebih selektif dalam menonton acara televisi.
"Hasil survei ini dapat menjadi panduan bagi publik tentang tayangan yang mendidik serta informasi bermutu yang dapat menuntun mereka ke arah lebih baik," ujar Ketua KPI Pusat Yuliandre Darwis usai sosialisasi hasil survei di Jakarta, Rabu (25/7).
Baca: Tanggapan KPI Soal Ajang Pencarian Bakat Menjurus Perisakan
Dari survei periode pertama (Januari-Maret) tahun 2018, empat program siaran yakni sinetron, variety show, infotainment, dan berita, dianggap belum memenuhi standar. Sederet program itu belum mencapai skor 3,00 dari skala satu sampai empat yang merupakan nilai minimum program berkualitas menurut KPI.
Yuliandre menyampaikan, empat program lain yang sudah dinilai berkualitas adalah program wisata budaya (3,21), religi (3,19), anak (3,07), dan talkshow (3,01). Namun, tiap program tetap dievaluasi oleh divisi Litbang KPI dan 120 panelis ahli yang terlibat dalam survei.
Untuk program berita, misalnya, ada catatan serius mengenai faktualitas, keadilan, dan keberpihakan. Sementara program siaran talkshow dianggap belum mengutamakan kepentingan masyarakat umum dan masih menyajikan dialog-dialog yang cenderung memihak kepentingan politik pemilik modal stasiun televisi.
Khusus program anak, meskipun nilai indeksnya memenuhi standar, terkadang ada muatan kekerasan yang harus mendapatkan perhatian. Sekalipun program anak di layar kaca sudah berkualitas, orang tua tetap perlu mendampingi anak saat menonton televisi.
Program wisata budaya yang kerap mendapat skor tertinggi tidak luput dari evaluasi. Meski positf karena memiliki misi mengangkat tradisi budaya, ada catatan agar program memberikan informasi yang akurat dan imbauan agar presenter tetap menjaga norma kesopanan di masyarakat. "KPI berharap, produser program wisata budaya dapat mengarahkan lebih detail bagaimana presenter bersikap. Penghormatan terhadap kultur lokal harus muncul di televisi sebagai bagian edukasi pada masyarakat untuk menyikapi kebinekaan," tutur Yuliandre.