Kamis 26 Jul 2018 07:53 WIB

Berlanjutnya Manuver Lihai SBY

Pertemuan SBY dan Zulkifli tidak membahas sosok cawapres.

SBY Temui Zulkifli Hasan. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) berjabat dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di kediaman, Jakarta, Rabu (25/7) malam.
Foto: Republika/ Wihdan
SBY Temui Zulkifli Hasan. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) berjabat dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di kediaman, Jakarta, Rabu (25/7) malam.

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Febrianto A Saputro, Fauziah Mursid

Manuver Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus berlanjut. Setelah menemui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Selasa (24/7) malam, giliran Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan yang ditemui.

Berdasarkan pantauan Republika, Zulkifli tiba di kediaman SBY, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (25/7), pukul 19.40 WIB. Turut mendampingi Zulkifli Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno, tiga wakil ketua umum, yaitu Viva Yoga Mauladi, Mulfachri Harahap, dan Hanafi Rais, serta Ketua DPP PAN Yandri Susanto.

Sementara, SBY kembali didampingi elite Demokrat, termasuk Sekretaris Jenderal Hinca Panjaitan dan dua wakil ketua umum, Syarief Hasan dan Roy Suryo. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, kali ini tidak tampak Ketua Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Perbedaan lain adalah baju yang dikenakan. Apabila dalam pertemuan dengan Prabowo seluruh elite Demokrat dan Gerindra sama-sama mengenakan batik cokelat, kali ini berbeda. SBY dan petinggi Demokrat mengenakan batik dominan cokelat, sementara Zulkifli dan elite PAN memakai batik dominan biru.

Begitu tiba di kediaman SBY, Zulkifli yang datang mengenakan batik biru pun langsung menyapa. "Semoga Pak SBY sehat terus," kata Zulkifli. Sembari tersenyum dan mengangkat kedua jempol tangan, SBY tampak membalas ucapan Zulkifli. "Pak Zul juga," ujarnya.

Selepas pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam, SBY mengaku memiliki kesamaan dengan Zulkifli dan PAN. "Mudah-mudahan kita ke depan juga bersama-sama," kata SBY dalam jumpa pers di hadapan wartawan.

Menurut presiden ke-6 RI itu, kedua pihak telah menyepakati beberapa hal. Pertama, menyamakan persepsi untuk sama-sama memikirkan pemerintahan Indonesia lima tahun ke depan. Kedua, mengintensifkan pertemuan hingga 10 Agustus 2018 atau hari terakhir pendaftaran capres/cawapres.

"Jangan lupa bahwa kalau kami diizinkan Allah membangun koalisi maka yang paling penting adalah merumuskan visi, misi, dan solusi. Baca kebijakan yang akan ditawarkan pasangan capres dan cawapres yang kami usung agar oleh rakyat bisa dinilai apakah visi-misi tersebut sesuai dengan harapan mereka," ujar SBY.

Lebih lanjut, SBY mengakui, pertemuan dengan Zulkifli sama sekali tidak membahas sosok cawapres. "Superstar dalam pilpres, ya, capres, bukan yang lain, sehingga akan enak kita mendengar apa yang diinginkan oleh capres," katanya.

Hal itu dibenarkan Zulkifli. Menurut menteri kehutanan pada masa pemerintahan SBY itu, kedua pihak membahas situasi terkini Indonesia. "Itulah yang harus dirumuskan bersama-sama," ujar Zulkifli.

Perihal politik, dia menyebut politik kebangsaan menjadi topik utama. "Kita harap ada diskusi lanjutan bagaimana membawa Indonesia yang lebih baik, lebih adil, lebih setara, dan politik penuh persahabatan," kata Zulkifli.

Selepas pernyataan bersama, dalam sesi terpisah, SBY kembali menyinggung poros koalisi Jokowi. Seusai menemui Prabowo, Selasa (24/7), SBY mengakui, komunikasi dengan Jokowi terus dilakukan sejak setahun belakangan. "Pak Jokowi juga berharap Demokrat dapat berada di dalam, tetapi saya menyadari banyak sekali rintangan dan hambatan untuk menuju koalisi itu," katanya.

Topik itu kembali disinggung SBY selepas bertemu Zulkifli. Menurut SBY, salah satu yang menjadi masalah yakni hubungan personal dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum pulih.

"Jadi, masih ada jarak, masih ada hambatan di situ. Tapi, saya pikir karena yang ajak Pak Jokowi, dan Demokrat ada di dalam untuk kebaikan, why not?" kata SBY.

SBY juga mengatakan, Jokowi tidak pernah menawarkan sosok cawapres. Sebaliknya, SBY pun mengaku tidak pernah menawarkan cawapres kepada Jokowi, termasuk sosok AHY. SBY mengakui, di sisa waktu yang ada, Demokrat harus menentukan jalan yang lain.

Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno memiliki penilaian ihwal rintangan dan hambatan yang dikeluhkan SBY. "Selalu mengambinghitamkan faktor eksternal, eksternalisasi persoalan, padahal menurut kami lebih banyak persoalan internal," ujarnya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (25/7).

Manuver SBY

Pertemuan SBY dan Zulkifli merupakan lanjutan kenaikan intensitas komunikasi politik antarelite partai politik belakangan. Sebab, waktu pendaftaran capres maupun cawapres akan segera dibuka, tepatnya pada 4 Agustus 2108.

Sebelumnya, SBY menerima Prabowo di kediaman pribadinya di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa malam. Pertemuan itu dilakukan sehari selepas bakal calon presiden pejawat Joko Widodo (Jokowi) menemui enam ketua umum parpol pendukung di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7) malam.

Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Malang, Anang Sudjoko, ada tiga alasan di balik perbedaan perlakuan SBY terhadap Gerindra dan PAN. Pertama, bagi Demokrat, PAN tidak sekuat Gerindra yang memiliki sosok pembeda dalam diri Prabowo.

Kedua, PAN tidak memiliki calon yang memiliki daya tawar tinggi. Ketiga, Demokrat juga ingin menunjukkan bahwa PAN lebih membutuhkan Demokrat, bukan sebaliknya. "Ini bentuk komunikasi politik Partai Demokrat dalam bargaining position," kata Anang.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai manuver SBY dan Demokrat semakin lihai menjelang pendaftaran capres dan cawapres. "Saya sendiri juga sedang meraba apa yang direncanakan SBY sebenarnya karena beliau terkenal lihai," katanya, Rabu.

(adinda pryanka/ali mansur ed: muhammad iqbal).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement