REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) memberikan rincian data terdampak gempa yang melanda tiga wilayah di Pulau Lombok yakni, Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, dan Lombok Barat. Data per Ahad (29/7) pukul 17.46 Wita menyebutkan data korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.
Kepala Pelaksana BPBD NTB Muhammad Rum mengatakan, untuk Kabupaten Lombok Utara, tercatat empat orang meninggal dunia dan lima orang luka berat, dua di antaranya dirujuk ke RSUD NTB. Selain itu, ada 41 luka ringan, dan 4.635 keluarga terdampak.
“Untuk jumlah pengungsi dan luka sedang masih dalam pendataan,” kata di Mataram, NTB, Ahad (29/7) malam.
Ia menambahkan gempa mengakibatkan 41 rumah rusak berat, 74 rumah rusak sedang, 255 rumah rusak ringan. Gempa juga membuat kerusakan sejumlah rumah ibadah, yakni empat bangunan masjid, empat bangunan mushola, dan tiga pura.
“Termasuk dua bangunan sekolah, dan terputusnya jembatan dari arah Sambelia menuju Desa Beburung, Sembalun," ujar dia.
Warga berada di rumahnya yang rubuh akibat gempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). Warga mendapat perawatan di tenda pengungsian pascagempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). (Antara)
Untuk Lombok Timur, sebanyak 11 orang meninggal dunia, termasuk seorang pendaki asal Malaysia. Sebanyak 151 orang luka berat, empat di antaranya dirujuk ke RSUD NTB.
Rum menyebutkan, kerusakan infrastruktur di Lombok Timur akibat gempa meliputi 373 rumah rusak berat, 260 rumah rusak ringan. Dia memperkirakan jumlah keluarga terdampak di Lombok Timur mencapai lebih dari 1.000 keluarga.
Rum menyampaikan, kondisi di Lombok Barat dan Kota Mataram relatif lebih baik. Tak ada korban meninggal di dua wilayah tersebut.
Namun, ia menambahkan, terdapat dua rumah rusak berat di Lombok Barat dan satu warga luka berat di Kelurahan Sayang-Sayang, Kecamatan Cakranegara, Mataram, yang dirujuk ke RSUD NTB.
Rum melanjutkan, jumlah pendaki Gunung Rinjani yang saat ini masih terjebak akibat longsor pengaruh dari gempa sebanyak 836 orang. Ia memperkirakan sepertiga dari jumlah tersebut berada di danau Segara Anak.
"Hingga saat ini sedang dipersiapkan untuk melakukan evakuasi di lokasi," kata Rum menjelaskan.
Tetap tenang
Sejumlah wisatawan pendaki Gunung Rinjani berhasil turun saat terjadi gempa di pintu pendakian Bawaq Nau, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). (Antara)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Pusat Dwikorita Karnawati meminta masyarakat tetap tenang dan jangan panik dengan gempa susulan. Di sisi lain, ia mengatakan, masyarakat juga harus tetap waspada dengan ancaman gempa susulan tersebut meski dengan intensitas dan magnitude yang kecil.
Hingga saat ini pukul 15.00 WIB, telah terjadi 133 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. "Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada, tetapi tetap tenang dan jangan panik," kata Dwikorita, Ahad (29/7).
Dwikorita juga meminta masyarakat untuk tidak mempercayai berita hoaks yang menyebar pasca gempa. Hingga saat ini, kata dia, BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.
"Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoax, BMKG melalui akun Twitter @InfoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gempa," kata Dwikorta.
Dwikorita menerangkan hasil analisis BMKG bahwa gempa bumi yang terjadi di Lombok merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Gempa bumi dipicu deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Warga berada di rumahnya yang rubuh akibat gempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). Seorang perempuan mengendong anaknya di tenda perawatan pascagempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). (Antara)
Guncangan gempabumi ini dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI), Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI). Sementara di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI), Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI.
"Sehubungan dengan masih adanya gempa-gempa susulan, masyarakat dihimbau supaya tidak menempati bangunan-bangunan yang kondisinya sudah rusak akibat gempa utama," ujar dia.
Gempa bumi tektonik mengguncang Lombok, Bali dan Sumbawa Minggu (29/7) dengan kekuatan 6,4 SR. Gempa yang terjadi sekitar pukul 05.47 WIB tersebut terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.
"Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," ujarnya menegaskan.